Isu-isu seperti pernikahan paksa, keterbatasan pendidikan, dan ketidaksetaraan gender diangkatnya.
Surat-surat ini bukan sekadar korespondensi, melainkan jendela yang membuka pandangan masyarakat terhadap pentingnya perjuangan emansipasi.
4. Sekolah Kartini: Wujud Konkrit Perjuangan
Kartini tidak hanya berbicara, tapi juga bertindak. Pada tahun 1903, ia mendirikan Sekolah Kartini di Rembang, sebuah lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan kepada perempuan pribumi untuk belajar sebagaimana halnya laki-laki.
Baca Juga: Liburan Lancar di Kota Bandung! Dishub Beberkan Kondisi Lalu Lintas saat Lebaran
Inisiatifnya dalam bidang pendidikan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
5. Hembusan Terakhir Sebagai Pendorong Semangat
Meskipun meninggal pada usia muda, pada tanggal 17 September 1904, semangat Kartini tidak pernah surut.
Ide-idenya terus menginspirasi generasi berikutnya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan mewujudkan impian Kartini.
6. Penghormatan dan Pengabdian yang Abadi
Penghargaan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1964 dan penetapan 21 April sebagai Hari Kartini adalah bukti penghormatan atas jasa-jasa Kartini.
Wajahnya pun diabadikan dalam berbagai bentuk, sebagai pengingat akan perjuangannya yang tak ternilai.
7. Kartini Sebagai Sumber Inspirasi
Lebih dari sekadar figur sejarah, Kartini adalah simbol semangat perempuan untuk menggapai hak-haknya dan membangun masa depan yang lebih baik.