GORAJUARA - Tidur merupakan kegiatan yang sangat di butuhkan manusia. Tidur yang baik dan cukup, akan berdampak positif bagi kesehatan bahkan bagi pikiran.
Pada saat puasa Ramadhan seringkali intesitas dan durasi tidur menjadi lebih panjang dari biasanya. Tidur seakan menjadi hobi baru karena efek letih dan lesu dari puasa.
Tidak jarang banyak orang tidur mulai dari waktu subuh sampai waktu Maghrib tiba. Hal ini dilakukan untuk mensiasati agar waktu berpuasa jadi tidak terasa.
Baca Juga: Modus, Kenalan Melalui MiChat Pria Asal Bekasi Perkosa dan Rampok Wanita
Tidur dari subuh sampai Maghrib tidak hanya berdampak pada kualitas puasa. Beberapa ulama berpendapat bahwa tidur dari subuh sampai Maghrib dapat membatalkan puasa.
Dikutip dari kitab مغني المختاج, orang yang tidur dari subuh (terbitnya fajar) sampai Maghrib disamakan dengan orang ayan (epilepsi).
Dalam kitab اعانة الطالبين orang yang ayan (epilepsi) tidak sah puasanya, dikarenakan salah satu syarat puasa adalah harus berakal. Sedangkan orang yang ayan (epilepsi) dikategorikan sebagai orang yang hilang akalnya (tidak berakal).
Tidur yang tidur dari subuh (terbitnya fajar) sampai Maghrib juga akan mengurangi kualitas dari puasa yang dijalani.
Karena tujuan puasa adalah mencari ridho dari Allah dari sabar menahan hawa nafsu, menahan lapar dan dahaga, mengerjakan hal-hal yang wajib dan sunnah.
Akan tetapi, pendapat yang mengatakan tidur dari subuh sampai Maghrib adalah pendapat yang lemah.
Baca Juga: Lolos ke Final Piala AFF 2022, Timnas Futsal Indonessa Jadi Sorotan Warganet
Sedangkan pendapat yang kuat (shahih), mengatakan bahwa tidur, baik tidur sebentar atau tidur yang lama seperti dari subuh sampai Maghrib, tidak membatalkan puasa.
Dari sini kita tau bahwa ulama ada yang mengatakan bahwa tidur dapat membatalkan puasa dan ulama yang lain mengatakan tidak. Jadi tinggal dipilih nih mau ikut pendapat yang mana.