GORAJUARA - Selama ini anak berkebutuhan khusus masih anggap sebagai siswa kelas dua, dan dianggap termarjinalkan.
Sehingga dalam membentuk karakternya diperlukan kekhususan dari seorang guru.
Membentuk karakter anak berkebutuhan khusus tidak hanya bisa dilakukan dengan membekali ilmu pengetahun, tetapi harus disentuh dengan hati.
Baca Juga: Re.juve Indonesia Gandeng Luna Maya Serahkan Donasi Rp121 Juta Ke Anak Berkebutuhan Khusus
“Untuk memperkuat karakter siswa berkebutuhan khusus harus melalui hati, yakni etik dan spiritual, olah rasa dan olah pikir yang sesuai dengan falsafah Pancasila,” kata Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri atau SLBN 2 Indramayu, Elka Asmartuti, M.Pd., Minggu 19 Februari 2023.
Elka Asmartuti menyebutkan, proses penguatan karakter terhadap anak berkebutuhan khusus harus melalui langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, harus melatih hingga benar-benar faham dan bisa melakukan tanpa kesulitan.
Pasalnya, jelas Elka Asmartuti, tidak semua hal yang baru bisa dilakukan dengan mudah, apalagi bagi siswa berkebutuhan khusus.
Baca Juga: Heboh Lagi, Tri Suaka dan Zidan Dituding Menghina Anak Berkebutuhan Khusus, Berikut Penjelasannya
“Menurut kita sederhana, tetapi bagi mereka bisa saja merupakan hal sulit yang perlu dilatihkan secara terus menerus,” kata Elka Asmartuti.
Oleh karena itu, lanjut Elka Asmartuti, maka perlu dilakukan pembiasaan untuk siswa melalui arahan dan bimbingan, sehingga mereka dapat melakukan sendiri.
Kedua,tambah Elka Asmartuti, terkadang bagi siswa berkebutuhan khusus suka lupa melakukan hal positif, maka kita harus mengingatkan kembali apa yang telah diajarkan.
Baca Juga: Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus Mampu Berdiskusi Pecahkan Masalah
Guru pun saat mengingatkannya harus dengan bahasa yang ramah, jelas Elka Asmartuti, jangan sampai mempermalukan siswa jika sedang memberikan teguran, sebaiknya dengan cara didekati atau pribadi.
“Ketiga, apresiasi pada masing-masing siswa secara pribadi, pemberian apresiasi ini dapat membuat anak merasa senang, tetapi harus hati-hati juga agar tidak menimbulkan kecemburuan pada siswa lain,” kata Elka Asmartuti.
Keempat, lanjut Elka Asmartuti, hindarkan mencela pada siswa, maksudnya guru sebagai contoh siswa di sekolah, maka seluruh perilaku dalam mendidik diupayakan bisa membantu siswa dalam proses perkembangan mereka dengan tidak mencela siswa, walaupun terdapat kesalahan atau kekurangan pada siswa.