Kolaborasi untuk Harmonisasi

photo author
- Rabu, 29 Juni 2022 | 09:01 WIB
I Ketut Manda pilot paralayang di Pantai Timbis Kutuh Kuta Selatan adalah wujud Kolaborasi Sekolah dengan lingkungan sekitarnya.  (gorajuara.com/Dok. I Nyoman Tingkat)
I Ketut Manda pilot paralayang di Pantai Timbis Kutuh Kuta Selatan adalah wujud Kolaborasi Sekolah dengan lingkungan sekitarnya. (gorajuara.com/Dok. I Nyoman Tingkat)

 

GORAJUARA - Istilah “kolaborasi” menjadi tenar sejak Kurikulum 2013 diberlakukan hingga Kurikulum Merdeka diluncurkan. Istilah ini terus disebut dengan tiga pasangannya : berpikir kritis, kreativitas - inovasi, dan komunikasi.

Keempat istilah itu diproklamasikan sebagai basis pembelajaran abad ke-21. Dalam KBBI, kolaborasi diartikan sebagai bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga, dan atau pihak-pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan bersama.

Mengapa kolaborasi di sekolah ? Disadari bahwa warga sekolah terdiri atas individu-individu yang unik dan berbeda-beda kehebatannya. Namun, individu-individu itu sekaligus sebagai makhluk sosial sebagaimana disebut Aristoteles manusia sebagai makhluk monodualis. Di tengah perbedaan itulah, individu selalu berinteraksi untuk membangun komunikasi humanistik saling melengkapi dan menguatkan untuk Maju Bersama Hebat Semua.

Baca Juga: Ini Kata Fransesco Bagnaia Tentang Marco Bezzecchi Peraih Podium Dua pada MotoGP Belanda 2022

Dalam konteks pendidikan, kolaborasi bisa ke dalam dan keluar. Ke dalam kolaborasi diartikan sebagai bentuk kerjasama internal lembaga sekolah dengan keanekaragaman cipta, rasa, dan karsa warganya untuk selalu mewujudkan visi dan misi sekolah secara bersama-sama.

Visi SMA Negeri 2 Kuta Selatan adalah Menjadi komunitas pembelajar yang berkecerdasan, berbudaya dan berdaya saing”, dengan motto : Wiweka Jaya Sadhu” yang artinya arif bijaksana berdasarkan kebudayaan bangsa untuk memenangkan persaingan.

Dalam rangka mewujudkan visi itulah, kolaborasi internal dimatangkan dan dikembangkan. Prinsif manajemen, the right man on the right place, dijadikan sandaran Lembaga .Namun demikian, semua warga sekolah sewajarnya menjadi insan yang mampu mengedukasi dan tentunya berbeda dengan mereka yang berada di luar lembaga sekolah.

Baca Juga: Resep Kuah Bakso Enak dan Lezat Cocok Buat Jualan

Ditekankan kepada seluruh pendidik dan tenaga kependidikan untuk menempatkan diri sebagai pelayan yang menghamba kepada sang anak, sebagaimana diniatkan Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Taman Siswa. Itu pula sebabnya, unit gedung belajar tempat ruang Kelas Siswa dinamai Gedung Ki Hadjar Dewantara yang terdiri atas 4 kompleks gedung.

Penamaan gedung itu dikolaborasikan dengan semangat pemikiran genius lokal dari Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, mantan Gubernur Bali sekaligus ahli kebudayaan yang melanglang buana ke berbagai belahan dunia tetapi teguh kukuh memegang tradisi budaya Bali yang adiluhung.

Ia sosok budayawan Bali modern yang berhasil menyatupadukan budaya nasional dan global tanpa benturan peradaban. Filternya selalu berpegang teguh pada kearifan itik : cekatan memilah dan memilih makanan yang satwika yang sekiranya mampu memperkuat penyerbukan budaya Bali sehingga lahir budaya unggul. Inilah teori budaya konvergensi versi Ki Hadjar Dewantara.

Baca Juga: Attitude Rasulullah Saat Bersama Temen, No 3 dan 4 Cocok Untuk Generasi Milenial

Itu pula sebabnya gedung perkantoran SMA Negeri 2 Kuta Selatan diberi nama Gedung Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Dari gedung ini diharapkan lahir ‘mantra-mantra’ positip dari pendidik dan tenaga kependidikan untuk membangun masyarakat berperadaban dari proses penggemblengan melalui pendidikan yang bersemi dalam iklim kasih sayang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Buddy Wirawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB