GORAJUARA - Mengambil keputusan adalah pekerjaan kita setiap hari. Sejak bangun tidur sampai kembali tidur hidup kita diisi dengan keputusan demi keputusan.
Kualitas diri kita ditentukan oleh setiap keputusan yang kita lakukan. Bangun tidur apakah subuh atau kesiangan, tergantung keputusan kita.
Jika kita memutuskan bangun tidur siang, dan tidak mengerjakan shalah subuh itulah kualitas kita. Jika kita memutuskan bangun tidur subuh dan mengerjakan shalat subuh itulah kita.
Baca Juga: Pesan Dari Monyet, Jika Mau Selamat Lepaskanlah...
Setelah shalat subuh apakah kita memutuskan pergi ke kantor kesiangan atau tepat waktu. Jika kita memutuskan datang ke kantor setiap pagi tepat waktu itulah kualitas kita.
Ketika datang waktu dhuha, apakah kita akan melaksanakan dhuha atau tidak. Ketika kita memutuskan shalat dhuha apakah 2 rakaat saja atau 12 rakaat, semua hasil keputusan.
Erich Fromm mengatakan di dalam diri manusia ada dua potensi yaitu Biophilia (baik) dan Necrophilia (buruk). Dalam Al Quran surat Asy Syam dijelaskan ada dua potensi Fujur (buruk) dan Takwa (baik).
Baca Juga: Pendidikan Memerdekakan Ala Bali
Dua potensi ini akan menjadi wilayah keputusan kita. Apakah kita akan memungsikan potensi-potensi fujur pada diri kita, atau potensi takwa?
Orang-orang yang beruntung adalah bagi mereka yang selalu mengambil keputusan untuk memotensikan sifat-sifat Bhiolipia atau Takwa.
Dan orang-orang yang rugi adalah mereka yang mengambil keputusan tetapi mengaktifkan sifat-sifat Necrophilia atau Fujur.
Baca Juga: Pesan Universal dari Gubernur Ridwan Kamil
Jadi sekarang sudah jelas, siapa diri kita tergantung apa yang akan kita putuskan. Untuk itu kita selalu memohon pertolongan setiap saat pada Allah agar setiap keputusan baik.
Manusia tidak punya kekuasaan untuk mengatur apakah dirinya akan selalu baik atau buruk, kecuali kita memutuskan untuk selalu bergantung pada kekuasaan Allah Yang Maha Baik.***