GORAJUARA - Viral marah-marah seorang pemimpin menjadi tontonan di media sosial. Kemarahan para pemimpin dapat dipahami, begitu sulitnya mengendalikan orang.
Ketika visi dan misi para pemimpin tidak bisa diimplementasikan, kekesalan dan kemarahan memang kadang memuncak. Namun bagaimana sikap dari seorang teladan Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad diakui sebagai pemimpin berpengaruh nomor satu di dunia. Nabi Muhammad bukan saja sebagai pemimpin agama, tetapi beliau juga sebagai pemimpin dalam kehidupan bernegara.
Baca Juga: Butuh Satu Data Untuk Bantu Anak Anak disabilitas, 50% Lulusan SD
Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad dikenal memiliki pribadi yang santun. Kesabarannya sangat tinggi, berlipat-lipat kualitas sabarnya.
Mengapa Nabi Muhammad bisa santun dan memiliki kesabaran? Al Quran menjadi cara berpikir, cara berucap, dan cara bertindak.
Mengubah keadaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu keras dan lembut. Dua cara ini sama-sama dapat menghasilkan perubahan.
Baca Juga: Hore...Anak Disabilitas Bisa Masuk Perguruan Tinggi dan Bekerja
Cara keras dapat mengubah keadaan dalam waktu singkat, namun efek yang membekas bisa jadi dendam dan kebencian. Perang adalah cara keras untuk memaksa orang berubah.
Kekuatan mengubah sebenarnya ada dalam cara-cara lembut. Cara-cara lembut untuk mengubah lebih dahsyat.
Dua kekuatan untuk mengubah digambarkan oleh Hawkins (2018) menjadi force dan power. Force itu kekuatan destruktif dan power kekuatan konstruktif.
Baca Juga: Bukan Pendekatan Kasihan, Perlu Ada Kerjasama Untuk Sosialisasi Hak-Hak Murid Disabilitas
Murid-murid dalam kurikulum merdeka diajarkan untuk berpikir konstruktif agar mereka menjadi power perubahan. Pemimpin-pemimpin konstruktif cenderung membawa kedamaian dan kesejahteraan.
Nabi Muhammad adalah pemimpin konstruktif. Sejarah mencatat perjuangan-perjuangannya dilakukan secara konstruktif dengan pendekatan lemah lembut.