GORAJUARA - Kuliah pakar Guru Besar Milenial Prof Dr Nana Supriatna dilakukan Rabu, 30 Maret 2022 lalu, penyelenggara Universitas PGRI Madiun (Unipma). Kali ini beliau menawarkan pembelajaran berbasis otak.
Pembelajaran ini diberi nama Brain Base Learning atau BBL. Belajar Berbasis Otak tidak identik dengan pembelajaran intelektual. Otak adalah pusat dari segala perintah untuk seluruh organ.
BBL setidaknya melibatkan lima fungsi otak yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik dan reflektif. Inilah pembelajaran Abad 21 yang dikenal sebagai abad kreatif dan inovatif.
Baca Juga: Silaturahmi Pengurus DPP AKSI, Mas Menteri Dukung AKSI
Pembelajaran berbasis otak menjadi model belajar yang sangat dibutuhkan siswa saat ini. Banjir pengetahuan akibat perkembangan teknologi informasi, menuntut siswa pandai berpikir.
Pembelajaran tidak lagi menyampaikan ilmu dari satu sumber buku paket. Guru harus menjadi konten kreator agar materi ajar yang disampaikan tidak basi.
Baca Juga: Ingin Selalu Dekat Allah, Begini Caranya
Kurikulum hanya berisi pedoman-pedoman umum dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Materi yang diajarkan menarik atau inspiratif, sangat tergantung pada guru.
Kompetensi yang sangat dibutuhkan dari guru-guru abad 21 adalah kreatif, inovatif. Tanpa dua kompetensi ini, pembelajaran akan tetap jadi kuburan dan berisi materi basi.
Baca Juga: Uji Kompetensi Baca Qur’an: Program Religius di SMAN 27 Bandung
Maka, akan banyak otak anak keracunan karena konsumsi materi basi. Guru penggerak sangat dibutuhkan perannya dalam situasi saat ini.
Pembelajaran berbasis otak memiliki tiga syarat yaitu materi esensial, kontekstual, dan melatih penalaran. Materi esensial artinya fakta yang disajikan punya derajat ilmiah dan bermanfaat bagi siswa.
Baca Juga: Nasib Guru Jika Tidak Jadi Guru Penggerak
Kontekstual artinya materi berkaitan dengan tema atau masalah-masalah yang dekat, ada dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika belajar, siswa merasa sedang belajar tentang dirinya.