Tentang Ngoko Bebasan dalam Bahasa Jawa Cirebon yang Harus Diketahui

photo author
- Rabu, 3 November 2021 | 16:23 WIB
Generasi muda harus melestarikan bahasa daerahnya masing-masing***  (Gorajuara.com/docplayer.info)
Generasi muda harus melestarikan bahasa daerahnya masing-masing*** (Gorajuara.com/docplayer.info)

GORAJUARA- Seorang pengguna media sosial Twitter dengan nama penggunanya @EA_books, membagikan beberapa perbedaan antara Jawa Bebasan dan Jawa Ngoko yang ternyata banyak dilupakan oleh generasi muda.

Di satu sisi, bebasan lebih aspiratif, resmi, dan seperti topeng. Terdengar mengalun, berirama, dan banyak suku kata.

Bahkan, karena ia berirama dan terkesan sopan, bahasa Jawa bebasan disebut juga sebagai bahasa priyayi atau kyai.

Ia merupakan sub-bahasa Sanskerta yang dikembangkan dalam struktur bahasa Jawa, untuk menekankan hierarki dalam masyarakat.

Baca Juga: DIY Pemutih Gigi, Hoaks atau Asli

Sebagai bentuk tata krama, ia menjadi bahasa kehormatan, karena itu mengutamakan hierarki sosial.

Pemakaian bahasa bebasan oleh seseorang memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi dan prestise sosial.

Bebasan menekankan rasa berjarak (ruang hierarkis) dalam masyarakat Cirebon.

Di samping itu, bahasa Jawa ngoko lebih bersifat privat, sinis, bergairah, seperti hati.

Bahasa ini bisa saja terdengar lugas, tajam, jenaka, dan sensual.

Baca Juga: Belajar dari Persahabatan Rasul dengan Pemeluk Agama Lain

Ngoko berusaha meniadakan hierarki sosial dan menghadirkan kesetaraan.

Keduanya saling melengkapi dan terlibat dalam pemahaman masing-masing.

Menariknya, Anderson melihat bahasa ngoko sebagai bahasa asli, manakala orang Cirebon berpikir dan berbicara kepada anak-anaknya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Abu Rahma

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB