edukasi

Penguatan Profil Pelajar Pancasila Lewat Pantun

Minggu, 17 Juli 2022 | 16:59 WIB
Lomba berbalas pantun secara daring pada masa pandemi Covid-19 di SMA Negeri 2 Kuta Selatan, Bali. (gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)

 

GORAJUARA - Belakangan ini pantun sedang naik daun. Dalam berbagai kesempatan (seminar, bimtek, FGD, rapat, dan komunikasi di media sosial), kehadiran pantun sering memberikan kehangatan dalam komunikasi. Tidak jarang, orang senyum-senyum sendiri membaca kiriman pantun dari sahabatnya. Nyaris seperti orang gila, tersenyum tiada berteman. Berteman secara maya lewat teks yang menghibur : pantun.

Kehadiran pantun di ruang publik dalam berkomunikasi menarik dicermati dalam sejumlah hal. Pertama, pantun menjadi alat komunikasi yang menarik, menggelitik dan menghibur. Terkadang isinya protes,sindiran tetapi tetap menghibur. Contohnya, maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, ayo kawan janganlah bingung, jagalah keutuhan jangan bercerai.

Kedua, sebagai bentuk puisi lama, pantun mendapat panggung diagungkan dalam berbagai even. Ini patut disyukuri bahwa masyarakat Indonesia masih mencintai tradisi berpantun, sebagai bagian dari kebudayaan. Pantun pun beradaptasi dengan keadaan, termasuk zaman Covid-19, selaras dengan kodrat anak, kodrat zaman, dan kodrat alam. Contohnya : Dari Cina kita berlayar, tetap rajin membayar pajak, dari Corona kita belajar, selalu disiplin menjaga jarak.

Baca Juga: Hasil WSBK Donington Park 2022 Inggris: Toprak Razgatlioglu Juara Race 1, Alvaro Bautista Terjatuh

Ketiga, pantun dapat dilagukan dengan rimanya yang bersilang dan tampak kompak serasi sebagai pasangan idaman. Sampiran dan isi boleh jadi tiada hubungan maknawi, tetap ditautkan oleh rima yang membuat syahdu.

Dalam konteks Kurikulum Merdeka dengan penguatan Profil Pelajar Pancasila, pantun pun dapat menjadi hallo efect yang memikat, sebagai bahan apersepsi pada awal pembelajaran dan bahan refleksi pada akhir pembelajaran. Pantun juga dapat digunakan sebagai selingan di tengah-tengah pembelajaran untuk mencairkan kevakuman suasana kelas.

Elemen bertakwa, beriman, dan berakhlak mulia, misalnya, dapat diselipkan pantun nasihat. Musim kering makan mentimun, makan mentimun bersama teman, musim gering menjaga imun, menjaga imun merawat iman.

Baca Juga: 6 Strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Merdeka

Untuk aspek bergotong royong, misalnya dapat dipilih pantun yang membersamai. Penyakit koreng tandanya gatal, orang sial jangan ditertawakan, walaupun bertemu secara digital, hubungan sosial jangan dilupakan.

Dalam menanamkan sikap kritis terhadap media sosial, guru bisa beraksi dengan pantun. Bersama makan kue kering, Kue kering terasa garing,Belajar pada masa daring, saringlah sebelum sharing. Pantun lain misalnya, Ke swalayan membeli kue kering, bertemu ayah Si Lecir, pandai-pandailah belajar daring, jangan sampai anda tergelincir.

Begitulah pantun menyediakan ruang bebas berekspresi bagi guru mengawal pembelajaran di kelas dengan Kurikulum Merdeka. Merdeka belajar bagi guru dan siswa. Merdeka berpantun untuk tetap santun dan berkepribadian dalam kebudayaan mengawal NKRI.

Baca Juga: Tak Hanya Lucu, Teka Teki MPLS Butuh Kreatifitas Tingggi Untuk Memecahkannya Berikut Tipsnya

Pantun pun terbuka dijadikan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan sentuhan budaya lokal dalam bentuk dolanan, misalnya. Kolaborasi tidak dapat dihindarkan. Instrumen musik daerah bisa dihadirkan. Lagu bisa dimainkan. Kekhasan busana daerah ditampilkan. Tarian juga bisa digerakkan. Kewirausahaan pasti bisa dikembangkan. Keterampilan bahasa makin terasah. Mari berpantun.

Bapak ibu mohon dituntun,
Kami bersedia duduk sejajar bersila,
Ayo mari kita berpantun,
Menguatkan profil pelajar Pancasila.***

 

Halaman:

Tags

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB