GORAJUARA,- Belakangan ini berbagai isu negatif menyeruak memenuhi jagat Indonesia, baik melalui media cetak, elektronik maupun dunia maya. Isu intoleransi, radikalisme, terorisme, hoax (berita bohong), penculikan anak seakan tidak pernah hilang.
Isu-isu itu makin santer menjelang tahun politik dan makin tak terkendali pada masa pandemic Covid-19.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak boleh diam dengan kondisi ini. Sekolah mesti tampil mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat pendidikan agar tidak terjebak pada isu yang menebar kebencian untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa yang terbangun dari akar perbedaan.
Dalam rangka menyatukan perbedaan untuk keharmonisan itu SMA Negeri 2 Kuta Selatan yang multikultur telah melaksanakan program “Sadhar Nama” sebagai wadah merekatkan nilai-nilai perbedaan dalam tenunan kebangsaan. “Sadhar Nama” adalah akronim dari buka puasa bersama, Dharma Shanti Bersama, dan Natal Bersama di Sekolah.
Ada sejumlah alasan sebagai dasar pemikiran melaksanakan Program“Sadhar Nama” ini. Pertama, menjawab tantangan atas berbagai isu primordial berbasis SARA yang ditiup oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk memecah belah NKRI.
Kedua, program “Sadhar Nama” mengacu pada pemaknaan akan jati diri (bangsa) sebagai mana layaknya manusia dengan namanya. Jati diri manusia sesungguhnya representasi dari alam makrokosmos (buana agung, nature) yang menjelma menjadi mikrokosmos (buana alit, culture).
Baca Juga: Santer Bakal Jadi Pengganti Arya Saloka di Ikatan Cinta, Sang Istri Keberatan hingga Terlibat Cekcok
Dalam kedua dunia itu, perbedaan disatukan untuk keselarasan dan keharmonisan. Perbedaan ini dijadikan modal sosial untuk membangun kekuatan multikultur sesuai dengan sesanti Bhinneka Tunggal Ika.
Ketiga, merayakan perbedaan sebagai peta jalan sekolah menuju Indonesia Raya. Perayaan ini selain untuk menenun tali kasih juga merupakan strategi “diplomasi paon” yang berarti menyelesaikan permasalahan (lapar) di dapur dengan makan secara bersama-sama sebagai wujud toleransi untuk membangun simpati dan empati ketika hari raya keagamaan dirayakan di sekolah.
Di sini juga keterampilan abad ke-21 diimplementaikan melalui kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreativitas.
Kolaborasi tampak dari siswa berbeda agama saling bantu menyukseskan program “Sadhar Nama” di sekolah dengan arahan guru di bawah kendali kepala sekolah.
Melalui kolaborasi ini, nilai-nilai gotong royong terbangun melalui semangat manyama braya (persaudaraan tanpa batas). Di samping itu, siswa juga berkesempatan untuk praktik berkomunikasi lintas agama dan keyakinan.