Namun juga harus disadari, keberadaan Museum Sekolah hanyalah sebagai alat untuk memahamkan, sehingga perlu peng-update-an koleksi museum.
Dalam prosesnya, belajar di Museum Sekolah dapat memungkinkan terjadinya komunikasi yang aktif antara guru dengan siswa. Selain itu, berbagai diskusi, sesi pertanyaan, serta tanya jawab dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran di Museum Sekolah.
Pada akhirnya para siswa mampu menghayati, memahami, serta merespon materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru menjadi lebih baik lagi.
Dengan demikian, komunikasi dan interaksi yang terjalin di Museum Sekolah pada saat pembelajaran, secara tidak langsung akan memberikan kontribusi dan berdampak positif pada pembentukan karakter siswa.
Baca Juga: Perbedaan CV ATS Friendly dan CV Kreatif, Pelamar kerja jangan Sampai Salah Buat
Berpijak dari paparan di atas, kehadiran Museum Sekolah SMA Negeri 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya yang digagas oleh Dr. Hj. Lely Qodar, M.Pd., selaku Kepala SMAN 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya beserta tim, pada awalnya merupakan pengewajantahan kebutuhan manusia agar tetap hidup.
Tentu di dalamnya tersirat adanya upaya perjuangan manusia untuk mencari, menemukan dan mengasilkan karya yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan estetis dan edukasi civitas akademika SMA Negeri 1 Jatiwaras dan masyarakat sekitar.
Museum Sekolah SMA Negeri 1 Jatiwaras, menurut Lely, bukanlah sebuah benda mati, melainkan sebuah kerja, upaya strategis, dan sebuah perjuangan.
"Pengejawantahan dari kebutuhan manusia yang di dalamnya tidak hanya terikat pada norma, adat istiadat, tradisi, kaidah dan benda-benda yang bernilai kultural saja," katanya.
Tetapi di dalam Museum Sekolah SMA Negeri 1 Jatiwaras, jelasnya, dibutuhkan proses penerimaan, penerusan, penilaian, bahkan reform terhadap berbagai hal yang telah ada menjadi sesuatu yang lebih baru.
"Bermakna bagi kehidupan manusia, khususnya civitas akademika SMA Negeri 1 Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya,” tambah Lely.***