GORAJUARA - Pendidikan inklusif adalah memberikan layanan kepada setiap anak, tidak terkecuali.
Pendidikan yang memberikan layanan kepada semua anak tanpa memandang kondisi fisik, mental, intelektual, sosial, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku, budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya.
Semua anak belajar bersama-sama, baik di kelas atau sekolah formal maupun nonformal yang berada di dekat tempat tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing anak.
Baca Juga: Cegah Asusila, Bupati Bandung Minta Pengawasan Lembaga Pendidikan Diperketat
Tim Pengkaji dan Pengembang Pendidikan Kota Bandung, Dr. Dante Rigmalia, M.Pd., mengatakan, ada beberapa aspek dalam pendidikan inklusif.
Aspek tersebut, kata Dante, di antaranya pertama, hak anak, bagaimana hak anak dipenuhi agar dia tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kedua, kata Dante, pendidikan yang berkeadilan. Pendidikan yang berkeadilan berarti bahwa semua anak mendapatkan kesempatan untuk belajar, tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Baca Juga: Luncurkan Program Unggulan Demi Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Mendongkrak Prestasi Siswa
Ketiga, lanjutnya, tidak diskriminatif dan relevan. Hal ini mengandung arti, pendidikan diperuntukan bagi semua tanpa kecuali, serta pendidikan yang sesuai bagi kebutuhan mereka.
"Sehingga memberikan manfaat yang besar bagi mereka, serta menyiapkan kemandirian bagi diri anak," kata Dante kepada Gorajuara.com, Sabtu 8 Januari 2022.
Sedangka keempat, tambah Dante, partisipasi aktif. Pendidikan perlu diupayakan untuk membuat anak berparsipasi secara aktif, karena partisipasi aktif dari setiap anak akan membuat anak mencapai hasil belajar yang optimal.
Baca Juga: Kualitas Pendidikan akan Meningkat Jika Ditunjang dengan Sarana dan Prasarana Memadai
Disebutkan Dante, anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang karena kondisi, baik fisik maupun psikisnya memiliki kebutuhanperkembangan dan layanan pembelajaran yang berbeda dari anak lainnya.
ABK menurut Dante, meliputi anak dengan hambatan pendengaran atau hearning impairment, penglihatan atau visual impairment, hambatan pemusatan perhatian dengan atau tanpa hiperaktivitas atau attention deficit/hiperactive disorder.
Hambatan lainnya, kata Dante, sosial emosi-interaksi bahasa-bicara, dan kominikasi atau autis, hambatan perkembangan atau mental retardasi, kesulitan belajar atau learning disability dan hambatan belajar atau slow leaner.
Baca Juga: Hati-hati dengan Pesantren Tawarkan Pendidikan Gratis, Jangan Cepat Tergiur Cek Legalitasnya
Hambatan yang dimiliki ABK, menurut Dante, seringkali mengakibatkan keseulitan bagi mereka untuk berinteraksi dan bersosialisasi, sehingga tidak jarang mereka mendapat perlakuan diskriminasi dalam pergaulan.***