GORAJUARA - Inti pendidikan yang sering dilupakan padahal penting adalah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kompetensi ini termasuk inti dari kurikulum di Indonesia.
Beriman kepada Tuhan adalah sila pertama dasar negara Indonesia. Implementasi sila pertama diajarkan dalam mata pelajaran agama di sekolah.
Namun yang sering diabaikan adalah karakter bagaimana menjadi orang beragama. Berdoa adalah dasar dari ajaran agama. Orang yang tidak berdoa dianggap sombong oleh Allah.
Baca Juga: Refleksi Kembali 10 Ilmu Yang Harus Selalu Dibaca Oleh Para Guru...
Orang tidak berdoa merasa dirinya serba cukup sehingga melupakan jasa Allah dalam hidupnya. Setiap penganut agama memiliki kegiatan ibadah ritual.
Penganut agama Islam yang menjadi agama yang dianut sebagian besar penduduk Indonesia memiliki dasar-dasar ajaran yang wajib dilakukan yaitu shalat lima waktu.
Shalat lima waktu adalah pondasi keyakinan orang Islam kepada Tuhan. Bagi orang Islam yang tidak melaksanakan ritual shalat dianggap tidak percaya Tuhan.
Baca Juga: Kegagalan Kurikulum Merdeka...Gagal Memahami Kata Merdeka....
Kewajiban shalat dimulai dari usia 9 tahun, namun faktanya banyak siswa-siswi yang sudah berusia 16-21 tahun tidak disiplin melaksanakan shalat lima waktu.
Pelajaran agama menjadi mata pelajaran yang kelak diuji dengan pengetahuan agama, dan faktanya siswa-siswi mengabaikan kedisiplinan ibadah shalat karena tidak jadi ukuran nilai.
Shalat hanya dipahami sebagai gerakan ritual. Padahal shalat adalah bagian dari pembentukkan karakter dimulai dengan disiplin shalat. Isi shalat adalah doa, harapan, visi, cita-cita.
Baca Juga: Pedoman Kualitas Pendidikan Bisa Dilihat Dari Sini....Masyarakat Wajib Tahu...
Orang yang tidak shalat dianggap melakukan dosa besar. Dosa besar jika dipahami adalah sesuatu yang buruk yang berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.
Dari hasil riset di sekolah pada akhir tahun, ditemukan bahwa siswa-siswi yang melanjutkan ke perguruan tinggi terbaik, mereka ternyata memiliki kebiasaan disiplin shalat.
