Tumpek Landep, Hari Penajaman Kecerdasan Ala Bali

photo author
- Minggu, 4 Juni 2023 | 13:37 WIB
SMAN 2 Kuta Selatan memberikan piagam penghargaan kepada siswa yang literat berkat puisinya yang terkumpul dalam buku “Bangkit dari Pandemi” (Sabtu, 3 Juni 2023) (Foto: dok/I Nyoman Tingkat)
SMAN 2 Kuta Selatan memberikan piagam penghargaan kepada siswa yang literat berkat puisinya yang terkumpul dalam buku “Bangkit dari Pandemi” (Sabtu, 3 Juni 2023) (Foto: dok/I Nyoman Tingkat)

GORAJUARA - Tumpek Landep yang jatuh setiap Sabtu Kliwon Wuku Landep (setiap 210 hari) menurut Kalender Wariga Bali diyakini sebagai hari penajaman kecerdasan ala Hindu Bali. Siklusnya dimulai sejak hari Saraswati yang jatuh pada Sabtu Umanis Watugunung yang dipercaya sebagai hari turunnya kitab Weda.

Dalam konteks keilmuan, Weda adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Hal ini bisa dilacak secara etimologi Weda berasal dari urat kata Vid “mengetahui” dan Weda berarti pengetahuan suci, kebenaran sejati, pengetahuan tentang ritual, pengetahuan spiritual sejati.

Sebagai Kitab Suci Hindu, Weda adalah jalan menuju kebenaran hakiki bagi umat Hindu. Jalan lainnya adalah filsafat, ilmu pengetahuan, dan sastra. Keempatnya disebut sebagai empat jalan menuju kebenaran.

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Besok, 5 Juni 2023: Imlie Kecewa Dirinya Tidak Hamil, Aryan Mencoba Menghiburnya

Ibarat naik tangga menuju Ketuhanan, sastra adalah tangga pertama, Ilmu pengetahuan tangga kedua, filsafat tangga ketiga, dan kitab suci adalah tangga keempat (tertinggi).

Secara normal, seorang pembelajar sejati senantiasa belajar sepanjang hayat tahap demi tahap. Lompatan dimungkinkan oleh mereka yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Sadar bahwa ilmu pengetahuan untuk mengasah kecerdasan, Pemerintah Provinsi Bali sejak dipimpin Gubernur Wayan Koster telah mentradisikan perayaan Tumpek di lembaga pemerintah (termasuk sekolah dan desa adat di seluruh Bali).

Tujuannya membumikan kembali kearifan lokal Bali baik secara sekala (nyata) maupun niskala (nirnyata) yang dalam konteks keilmuan harus diseimbangkan antara parawidya (ilmu pengetahuan kerohanian yang bersifat kekal abadi) dan aparawidya (ilmu pengetahuan yang berisi tentang aspek pengetahuan keduniawian dan bersifat dinamis).

Baca Juga: Sinopsis Imlie ANTV Senin, 5 Juni 2023: Rencana Jyoti Berhasil, Imlie Keguguran saat Terjatuh di Baby Shower?

Faktanya semua itu disimbolisasikan dengan mengupacarai Keris Pusaka agar ketajamannya tetap terawat dan terasah,
demikian pula halnya kecerdasan manusia.

Oleh Einstein disebutkan Ilmu tanpa agama itu buta, agama tanpa ilmu lumpuh. Itu pula sebabnya umat Hindu diajarkan untuk selalu harmoni dengan alam semesta dengan menyeimbangkan ilmu Ketuhanan (Agama) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Harmonisasi itu selaras dengan ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab keharmonisan : Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Alam Semesta).

Semangat yang hendak diwujudkan adalah Satwam (kebenaran), Siwam (kesucian), dan Sundaram (keindahan).

Begitulah Tumpek Landep diaktualisasikan untuk mencerdaskan umat-Nya melalui proses belajar sepanjang hayat tahap demi tahap secara berkesinambungan dan berkeseimbangan antara belajar agama, ilmu pengetahuan, dan seni. Agama membuat hidup terarah (satyam), ilmu pengetahuan dan teknologi membuat hidup mudah (Siwam), dan seni membuah hidup indah (Sundaram).

Baca Juga: Dewi Perssik 'Berkicau 'Lagi Gara-gara Dihujat di TikTok, Sang Pedangdut Senggol Lesti Kejora Lagi?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Janitra Achmad

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB