GORAJUARA - Tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara mengantarkan peserta didik pada kehidupan bahagia setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan itu perlu mengenali masalah.
Permasalahan-permasalahan hidup yang bisa menghambat kebahagiaan murid bisa diidentifikasi berdasarkan masalah yang terjadi di masyarakat.
Sekjen DPP AKSI Dr. Toto Suharya, M.Pd. berpendapat, masalah pendidikan yang tidak diselesaikan oleh dunia pendidikan adalah perihal minat baca masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Manfaat Program Revitalisasi Sekolah dari Prabowo Subianto, Warga Sekitar Mendapat Pekerjaan
Hasil PISA 2022 Indonesia ada di urutan 68 dari 81 negara. Hasil bisa bukan sebatas angka-angka hasil tes dari murid, tapi harus dibaca sebagai tantangan apa yang harus kita hadapi.
Sejak tahun 2000 hingga sekarang skor PISA tentang literasi dan numerasi tidak beranjak naik. Arti dari skor PISA rendah adalah tanda bahwa kemampuan berpikir murid-murid rendah.
Penyebab kemampuan berpikir rendah karena murid-murid kita minat bacanya rendah. Rendahnya minat baca murid-murid disebabkan oleh dunia pendidikan yang tidak membudayakan minat baca.
Baca Juga: Faktor Penyebab Kemiskinan Ternyata Merokok... Data Dibalik Kisah Kepala SMAN 1 Cimarga...
Permasalahan kedua adalah kualitas guru di Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin. Guru tidak mendapat tempat yang baik, sehingga peminat menjadi guru bukan dari manusia terbaik.
Peminat profesi guru menurun karena kesejahteraan guru tidak menjanjikan. Kesejahteraan ini penting untuk meningkatkan generasi-generasi terbaik berminat jadi guru.
Kesejahteraan guru tidak merata karena status guru berbeda-beda, mulai dari honorer yayasan, honorer pemda, P3K paruh waktu, P3K, dan ASN.
Baca Juga: SMK Desa Perdana Malaysia Berkunjung Ke SMAN 15 Bandung... Lakukan Kerjasama Pembelajaran Hibrid...
Keempat status ini berbeda-beda kesejahteraannya. Ragam status guru ini menjadi faktor penyebab profesi guru bukan sebagai impian hidup manusia-manusia terbaik.
Profesi guru selalu dinarasikan pekerjaan kerja bakti yang hanya dilakukan orang-orang baik hati. Kerja bakti tidak bisa dikendalikan secara profesional karena bekerja sekeinginan hati.***