GORAJUARA - Akhir-akhirnya sedang ramai tentang study tour. Pembahasannya menjadi viral karena kecelakaan bus di Subang. Berbagai respon masyarakat bermunculan tentang study tour.
Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Sekjen DPP AKSI, menyampaikan pendapatnya melalui tim Gorajuara. Dr. Toto mengatakan "terus mengamati reaksi masyarakat yang luar bias".
Dari hasil pengamatannya, sebagian besar reaksi masyarakat yang muncul adalah hal-hal negatif tentang study tour. Beberapa kepala daerah mengisyaratkan reaktif dengan study tour Islam.
Baca Juga: Tiga faktor Usaha Pendidikan Karakter... Ala Pak KCD Wilayah VII
Ada juga warganet yang menghakimi guru dengan prasangka bahwa study tour adalah akal akalan guru untuk mendapatkan keuntungan dari study tour. Di akhiri dengan kata lecehan.
Beberapa warganet yang kebablasan menghina dan melecehkan guru, dilaporkan ke kepolisian oleh PGRI. Warganet yang telah melaporkan, dalam 24 jam akan dihubungi polisi.
Sikap reaktif terhadap musibah kegiatan studi tour dilakukan dari mulai kepala daerah sampai ke warganet biasa. Fenomena di menunjukkan bahwa pola berpikir ilmiah di negara kita kurang.
Baca Juga: Bekerjalah Sampai Negeri Belanda...Jangan Lupa Investasi Biar Kaya...
Dr. Toto mengatakan, “study tour ada teori pendidikan yang mendasarinya. Study tour bertujuan agar pembelajaran bukan verbalisme. Study tour melatih kemampuan berpikir ilmiah”.
Melalui study tour, siswa mengajar berpikir ilmiah dengan melakukan observasi data, konfirmasi data, intretasi dan integrasi data. Study tour kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Pembelajaran harus dikemas menyenangkan, karena dalam kondisi senang otak akan lebih mudah menerima informasi. Study tour adalah metode pengajaran agar siswa tidak bosan belajar.
Baca Juga: Shalat Ghaib Untuk Anak-Anak SMK Lingga...Mengajak Anak-Anak Berbela Sungkawa...
Pengajaran yang dilakukan di kelas dalam jangka waktu lama akan mengungkung siswa menjadi jenuh dan jadi penjara kreativitas siswa. Study tour juga tidak memaksa semua ikut wajib.
Informasi-informasi yang seolah-olah siswa semua wajib ikut, kalau yang tidak ikut tetap harus bayar, sesungguhnya di dunia pendidikan sekarang sudah tidak ada.