GORAJUARA - Ketika menteri pendidikan Singapura berkunjung ke Amerika. Orang Amerika bertanya kepada Menteri Pendidikan Singapura.
“apa yang anda cari di sini, kaum muda anda sudah mendapat skor tertinggi dalam setiap uji prestasi standar internasional?”
Menteri pendidikan menjawab, “satu-satunya hal yang bisa dilakukan kaum muda kami adalah menempuh ujian”. (Stanley, 2015).
Baca Juga: Mengapa Sekolah Tidak Boleh Merengking Nilai Akademik SIswa?
Lalu apa yang sedang dicari oleh menteri Singapura ke Amerika? Dunia telah berubah, dunia pendidikan tidak lagi mengedepankan lomba-lomba dengan ujian soal.
Dunia pendidikan harus mengubah paradigmanya yaitu menciptakan manusia-manusia berkarakter wirausaha, manusia yang bisa menyelesaikan masala-masalah yang terjadi.
Jumlah manusia dari tahun ke tahun terus bertambah. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah permasalahan manusia pun tentu ikut bertambah.
Baca Juga: SMAN 15 Bandung Tingkatkan Kemampuan Guru Melalui Kegiatan Aktif di Komunitas Belajar
Untuk itu dunia pendidikan bukan hanya sekedar menciptakan anak-anak didik bersaing untuk jadi juara lomba, lalu abai terhadap segala permasalahan yang terjadi di dunia mereka.
Pendidikan harus mengajarkan anak-anak untuk mengenal kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan bertujuan mengenalkan anak dengan masalah dalam diri dan lingkungannya.
Lalu mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut, sehingga lulus dari sekolah mereka sudah siap dengan segala pengalaman di sekolah dalam menyelesaikan masalah.
Baca Juga: Mengapa Harus Mengajari Nabung Untuk Saham Anak SMA?
Ketika mereka terjun ke masyarakat, mental mereka tidak bersaing antara satu dengan yang lainnya, tetapi mereka akan bertemu dan membicarakan masalah dan menyelesaikannya bersama.
Menurut Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Sekjen DPP AKSI sekolah yang masih mengedepankan lomba-lomba, tanda sekolah sudah ketinggalan zaman dalam berpikir.