Hari Raya Galungan, Tak Lengkap Tanpa Penjor

photo author
- Kamis, 9 Juni 2022 | 11:15 WIB
Hari Raya Galungan (gorajuara.com/Dok. I Nyoman Tingkat)
Hari Raya Galungan (gorajuara.com/Dok. I Nyoman Tingkat)

 

GORAJUARA - Rabu Kliwon Wuku Dungulan, 8 Juni 2022 adalah hari Raya Galungan bagi umat Hindu. Hari raya ini tidak lengkap tanpa pemasangan penjor di setiap pintu gerbang masuk rumah umat Hindu, di Bali. Hari raya galungan datangnya setiap 6 bulan sekali setiap 210 hari ( hitungan 1 bulan Bali 35 hari).

Penjor sudah mulai terpasang sejak Senin Pon Dungulan di setiap pintu gerbang masuk rumah. Penjor terbuat dari bambu yang melengkung di ujungnya, dihias dengan janur dan diisi pala bungkah dan pala gantung (hasil bumi : buah, umbi), di ujung bambu berisi bendera dengan tulisan Aksara Bali : Ongkara.

Secara umum, penjor adalah simbol gunung dengan segala isinya. Pemasangan Penjor di gerbang rumah diartikan sebagai kemenangan dharma (kebenaran) atas kejahatan (adharma).

Baca Juga: KBRI Bern Ungkapkan Hal yang Dapat Memberi Dampak Positif Bagi Pencarian Eril di Sungai Aare, Swiss

Sesungguhnya rangkaian hari Raya Galungan sudah mulai minggu lalu, sejak Rabu Pon Sungsung, 1 Juni 2022, yang disebut Sugian Tenten, Kamis Wage Sungsang disebut Sugian Jawa, dan Jumat Kliwon Sungsang di sebut Sugian Bali.

Sugian Tenten diartikan sebagai enten’terjaga, sadar’ sebagai bentuk penyadaran bagi umat Hindu menyongsong hari Raya Galungan. Sugian Jawa dimaknai sebagai bentuk penyucian buana agung (makrokosmos).

Umat Hindu tradisional Bali, menyebut setiap yang datang dari jauh disebut Jawa (termasuk yang berasal dari luar negeri). Selanjutnya, Sugian Bali dipersepsikan sebagai penyucian bhuana alit (mikrokosmos).

Baca Juga: Juara Lomba Video Pendek, SMAN 2 Mengwi Lengkapi Prestasi dengan Launching Tari Dwisma Jayengrat

Setelah rangkaian Sugian, pada Minggu Paing Dungulan disebut penyekeban Galungan secara fisikal diartikan nyekeb buah-buahan untuk Galungan, secara spirit diartikan mematangkan buah pikiran), Senin Pon Dungulan disebut penyajan yang diterjemahkan secara fisikal dengan membuat jaja uli bali ‘kue uli’ (merah – putih), yang secara spirit diniatkan pada kesungguhan/kesejatian hati merayakan Galungan.

Sementara Selasa Wage Dungulan disebut Penampahan (memotong babi untuk sesajen dan makanan), sebagai symbol mengendalikan sifat-sifat malas, dan puncaknya pada Buda Kliwon Dungulan yaitu Galungan sebagai hari Kemenangan.

Pada saat Galungan umat Hindu mulai bersembahyang dari pagi di pura keluarga, lalu ke pura Kahyangan Tiga dan Pura besar lainnya. Mereka datang silih berganti, kadangkala macet pula, tetapi tetap terkendali.

Baca Juga: Pesan Universal dari Gubernur Ridwan Kamil

Pembelajaran bagi anak-anak (laki-laki) Hindu Bali dalam merayakan Galungan umumnya sibuk membuat penjor dan mebat (memotong babi untuk sate, lawar, dan komoh sebagai makanan khas Bali saat hari raya), dan membuat banten (sesaji) bagi perempuan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Buddy Wirawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini