Contoh MAOI termasuk isocarboxazid (Marplan), phenelzine (Nardil), selegiline (Emsam), tranylcypromine (Parnate).
Baca Juga: Ini Alasannya Mengapa Valentine Identik dengan Menghadiahkan Cokelat Simak Selengkapnya
Inhibitor reuptake serotonin selektif (IRSS)
Yang pertama IRSS adalah obat antidepresan yang paling sering diresepkan dan cenderung memiliki sedikit efek samping. Obat ini mengobati depresi dengan meningkatkan ketersediaan neurotransmitter serotonin di otak Anda.
Contoh IRSS termasuk citalopram (Celexa) , escitalopram (Lexapro), fluvoxamine (Luvox), paroxetine (Paxil, Paxil XR, Pexeva), dan sertraline (Zoloft).
Baca Juga: Salah Satu Penontonnya Alami Sesak Napas, Billie Eilish Segera Hentikan Konser
Serotonin dan norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI)
Kedua SNRI mengobati depresi dengan meningkatkan jumlah neurotransmitter serotonin dan norepinefrin di otak Anda.
Contoh SNRI termasuk desvenlafaxine (Pristiq, Khedezla), duloxetine (Cymbalta, Irenka), levomilnacipran (Fetzima), milnacipran (Savella), dan venlafaxine (Effexor XR).
Baca Juga: Beginilah Aktifitas Para Pembalap MotoGP 2022 Jelang Uji Coba Pramusim di Sirkuit Mandalika
Antagonis N-metil D-aspartat (NMDA)
Terakhir Antagonis N-metil-D-aspartat (NDMA) mengobati depresi dengan meningkatkan kadar glutamat di otak. Glutamat adalah neurotransmitter yang diyakini terlibat dalam depresi.
Antagonis NMDA hanya digunakan pada pasien yang tidak berhasil dengan pengobatan antidepresan lainnya.
Setiap jenis obat yang digunakan untuk mengobati depresi memiliki manfaat dan potensi risiko ebaiknya dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Artikel ini dikutip dari healthline yang ditinjau secara medis oleh Vara Saripalli, Psy.D. — Diperbarui pada 1 November 2021.***