GORAJUARA - Dalam Bahasa Jawa, klitih merupakan istilah yang merujuk pada kegiatan seseorang keluar rumah di malam hari tanpa tujuan yang jelas atau cari angin.
Namun pada saat ini, makna klitih telah bergeser menjadi perilaku remaja yang identik dengan kekerasan di jalan pada malam hari.
Dulu saat geng-geng sekolah masih menjamur, klitih dimaknai sebagai aksi konvoi memutari kota kemudian melewati sarang geng musuh dengan tujuan memprovokasi.
Baca Juga: Jadwal Acara TV Rabu 5 Januari 2022, RCTI, SCTV dan GTV: Ada Ikatan Cinta, Split dan Dewi Rindu
Baca Juga: Pesan dari Sejarah Islam: Setiap Jatuh Ada Bangkitnya
Namun ketika geng-geng sekolah sudah tidak tenar, aksi klitih kini berubah menjadi syarat keanggotaan geng tanpa mempedulikan identitas asal sekolah.
Jika awalnya target klitih adalah geng yang dianggap sebagai musuh, pelaku klitih kini menyerang korban secara acak.
Mereka tidak segan melukai dengan menggunakan senjata tajam hingga korban terluka atau bahkan kehilangan nyawa.
Baca Juga: Peradaban Ini Berkata Bahwa Manusia Berasal dari Tanah Liat
Baca Juga: Pupuk Kimia Bagi Tanaman, Bahayakah
Berbeda dengan begal yang mengincar harta korban, pelaku klitih biasanya cukup puas apabila korban sudah tidak berdaya dan ditinggalkan terkapar begitu saja.
Tindakan semacam ini dilakukan untuk menunjukkan power (kekuasaan) serta eksistensi individu maupun kelompok.
Beberapa faktor yang mendasari perilaku klitih adalah karena adanya masalah dalam hubungan keluarga, interaksi dengan lingkungan kelompok, serta karakter individu.
Maka bisa disimpulkan bahwa gengsi dan kebanggaan kemungkinan punya andil besar perilaku klitih.