Allah SWT berfirman yang artinya, “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. At-Taghabun : 11).
Jika kita menarik kesimpulan dari firman Allah SWT dan sabda Shalallahu Alaihi Wassalam, tafsiran bahwa hari Rabu terakhir di bulan Safar atau Rebo wekasan sebagai bulan sial tidak tepat.
Agama Islam tidak mengajarkan hari maupun bulan sial. Ciri-ciri orang yang beriman adalah orang yang senantiasa bertawakal.
Baca Juga: Media Sosial Pengaruhi Kesehatan Jiwa, Benarkah
Allah SWT telah mengatur setiap hari, bulan bahkan tahun dengan penuh kebaikan-kebaikan.
Sebagai umat Islam, kita harus yakin bahwa datangnya musibah itu, baik dalam bulan Safar maupun bulan lainnya adalah kehendak-Nya.
Musibah itu datangnya dari Allah SWT, dan sebagai hambanya kita senantiasa meyakini tentang keberadaan Allah SWT, dan hanya bertawakalah kepadaNya.
Ujian yang menimpa kita di dunia itu datangnya bukan karena hari atau bulan tertentu, tetapi itu ujian dari Allah SWT.
Allah SWT adalah Maha Segalanya, kun fayakun. Arti kun fayakun sendiri adalah 'Jadilah maka terjadilah'. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka apapun dapat terjadi.
Kita sebagai umat muslim hendaknya selalu berdoa bagi keselamatan dunia dan akhirat agar terhindar dari hal-hal buruk atau kesialan.
Ketulusan dan kekhusyuan berdoa tidaklah hanya pada hari atau bulan tertentu, tetapi diwajibkan setiap saat.
Musibah hanyalah milik dan ketetapan Allah SWT yang bisa datang kapan saja. Manusia tidak pernah ada yang tahu, hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
Baca Juga: Juara Dua Kali Berturut-turut, Beban OG pada The International 10 Semakin Berat
Jadi bila Allah SWT sudah berkehendak, maka kun fayakun. Musibah itu akan datang tidak mempedulikan hari Rebo atau hari apapun.
Jika Allah SWT sudah berkehendak, maka tidaklah sulit bagiNya.