GORAJUARA – Ahmad Sahroni selaku pimpinan Komisi 3 Dewan Perwakilan Rakyat yang mengawasi tentang perkara hukum dan ham serta kriminal mengungkapkan pandangannya terkait perkembangan kasus Ferdy Sambo.
Diketahui bahwa Ahmad Sahroni telah mengenal Ferdy Sambo sejak lama saat masih berpangkat Kompol di Polda.
Ia juga mengungkapkan juga sering nongkrong bareng dengan Ferdy Sambo. Akan tetapi sejak naik pangkat jadi bintang satu, Ferdy Sambo mulai berubah dan sombong.
Baca Juga: Bripka RR Mengaku Terima Uang dari Ferdy Sambo Setelah Mengantarkan Putri Candrawathi, Namun…
Ahmad Sahroni juga mengungkapkan mengapa di republik ini hanya membahas terkait kasus Ferdy Sambo, banyak urusan lain yang juga harus diselesaikan.
Ia juga mulai lelah dan bingung mengawasi kasus Ferdy Sambo yang tak kunjung mendapatkan kejelasan yang sebenar-benarnya karena banyaknya problematika dalam mengungkap kasus ini.
“Gue dibully seolah-olah gue memberhentikan perkaranya, padahal yang gue minta adalah sudah nggak usah lagi bahas di media sosial. Tapi perkara wajib untuk dilanjutkan”, ungkap Ahmad Sahroni.
Baca Juga: Detik-detik Sebelum Ferdy Sambo Membunuh Brigadir Yosua, Tanyakan Hal Ini ke Bharada Richard Eliezer
Namun banyak juga yang berpendapat bahwa justru media sosial inilah yang ikut membantu mengawal kasus ini agar tidak melenceng atau menyimpang.
Kemudian Ahmad Sahroni mengungkapkan bahwa terkait masyarakat atau netizen ikut memberikan perkembangan kasus ini sebagai bentuk ruang publik yang terbuka dan salah satu bentuk demokrasi terbuka.
Ia juga mengapresiasi netizen yang memberikan masukan ataupun berpendapat atas kasus yang menjerat Ferdy Sambo.
Baca Juga: Padahal Bukan Anak Kandung Tapi Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Masih Tak Ditahan, Ternyata ..,
Ahmad Sahroni mengungkapkan terkait dengan narasi-narasi yang diungkapkan masyarakat dengan apa yang terjadi pada saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. Narasi masyarakat berbeda dengan perkara yang memang dijadikan untuk direkonstruksi.
Sementara pengakuan tersangka dalam kasus ini, dimana rekosntruksi yang telah demikian dilakukan. “Masalah percaya atau nggak kan, itu pengakuan atas dasar hukum yang tersangka ucapkan di dalam BAP. Jadi percaya atau nggak itu sudah disajikan di dalam satu kertas dengan menjadikan dia bertandatangan di sana”, ungkap Ahmad Sahroni.
