news

Sepi Order, Pengusaha Pabrik Tekstil Ini Keberatan Kenaikan UMK 2022 Sebesar 10 Persen

Kamis, 28 Oktober 2021 | 13:30 WIB
Asep Gunawan pengusah tekstil (Gorajuara.com/Sastra Firmansyah)

 

GORAJUARA - Sejumlah perusahaan keberatan dengan tuntutan kalangan serikat pekerja yang mengharapkan kenaikan upah minimum kabupaten (UMK) Bandung 2022 sebesar 10 persen dari besaran UMK 2021 ini sebesar Rp 3.241.929/bulan.

H. Asep Gunawan, salah seorang perwakilan pengusaha pabrik tekstil ketika dikonfirmasi wartawan dirinya sudah mendapatkan informasi adanya tuntutan kalangan buruh melalui serikat pekerja yang mengharapkan kenaikan UMK 2022 sebesar 10 persen.

"Dengan adanya keinginan dari kalangan serikat pekerja yang mengharapkan ada kenaikan UMK 2022 sebesar 10 persen, kami khususnya dari pihak perusahaan belum tentu bisa melaksanakan apa yang menjadi harapan serikat pekerja tersebut," kata Asep Gunawan di Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Rabu 27 Oktober 2021 sore.

Baca Juga: Berikut Ucapan Hari Sumpah Pemuda ke-93 Tahun 2021 yang Menginspirasi

Asep mengatakan, para pengusaha yang saat ini masih operasional, semata-mata hanya mempertahankan usaha dengan cara mengurangi efisiensi waktu kerja.

"Bisa bertahan saja sudah untung, karena kondisi perusahaan saat ini sedang sepi order setelah dilanda pandemi Covid-19," ungkapnya.

Asep mengatakan, pabrik tekstil yang dikelolanya, memproduksi barang-barang dengan pemasaran dalam negeri. Sehingga para pelaku usaha saat ini sulit bersaing, karena barang-barang terus menumpuk di gudang dan tidak ada yang order.

Baca Juga: Penjelasan Seputar Hari Sumpah Pemuda ke 93, Tema, Makna dan Aturannya

"Apalagi saat ini para pengusaha dibebani harga bahan baku benang yang terus melambung, ditengah sepi order dan pandemi Covid-19 yang belum berakhir," ujarnya.

Lebih lanjut Asep menuturkan, jika para pengusaha memiliki modal yang cukup, bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang waktu kerja. Misalnya menjadi empat sampai lima hari kerja dalam seminggu.

"Saat ini, para pekerja hanya bekerja tiga hari dalam seminggu karena kondisi perusahaan yang belum stabil. Ini juga perusahaan memanfaatkan modal usaha yang masih ada, untuk kelangsungan perusahaan," katanya.

Baca Juga: 'VoB' Group Band Metal Asal Garut Bakal Tour Eropa pada 2021 Ini

Dikatakan pengusaha lainnya, pengusaha pabrik tekstil saat ini sedang mengalami "kurang darah" karena sepi order. Meski demikian, pihaknya berusaha untuk mempertahankan perusahaannya.

"Soalnya, kalau berhenti, kasihan juga pada para pekerja," tandasnya.***

Halaman:

Tags

Terkini