"Jadi FPRB tergabung di beberapa komunitas. Saat musyawarah pertama pada 22 September lalu, ada 35 komunitas dari segala unsur. Kita bermain di segala instrumen, mengingat mengurangi risiko ini sangat penting," ucap Trio.
FPRB sekitar 75 persen muatannya berkenaan dengan kajian-kajian tentang berbagai potensi kebencanaan.
Kemudian 25 persen sisanya, yakni praktek dan survei di lapangan.
Trio mengungkapkan, perlu pemahaman di tengah masyarakat bahwa mitigasi kebencanaan bukan hanya terkait kondisi alam.
Baca Juga: Wagub Sebut Jamur Kayu Komoditas Potensial Masa Depan, Permintaan Pasar Tergolong Tinggi
Namun turut dipengaruhi oleh perilaku manusia yang juga berkontribusi terhadap potensi terjadinya bencana.
"Ketika stigma masyarakat mendengar bencana, itu alam. Padahal sosial juga faktor utama terjadinya bencana. Kita harus diperbaiki lagi agar lebih fokus menjaga semua bencana," katanya.***