GORAJUARA - Jakarta selama ini menjadi pusat pemerintahan, ekonomi dan bisnis. Karenanya aktifitas masyarakat di ibu kota sangat tinggi, termasuk soal transportasi, sehingga kerap menimbulkan kemacetan.
Angka kemacetan di Jakarta sudah sangat tinggi. Bahkan, dampak dari masalah ini sudah menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar
Bahkan, menurut analisa Kementerian Perhubungan atau Kemenhub kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta menimbulkan kerugian ekonomi total mencapai Rp65 triliun.
Baca Juga: Sinopsis Cinta Tanpa Karena, 28 Juni 2023: Dipta alias Bas Bertemu Lagi dengan Nuna Berkat Orang Ini
"Kerugian banyak faktor, misalnya sparepart-nya, bahan bakar yang dibeli berapa. Lalu waktu tunggunya berapa itu yang diperhitungkan ya terkait analisis yang akhirnya muncul tadi Rp65 triliun," ujar Kasubdit Angkutan Perkotaan, Dirjen Perhubungan Darat, Kemenhub, Tonny Agus Setiono kepada wartawan.
"Kemudian apakah ada hal-hal lain yang akhirnya mempengaruhi kerugian ekonomi. Ada faktor-faktor dan itu nggak bisa saya detailkan, itu ada di DKI," sambungnya.
Menurut Tonny, kemacetan membuat bahan bakar menjadi habis. Dia pun menceritakan saat naik taksi ke Gambir terkena macet dan membuat ongkos bengkak.
Baca Juga: Termasuk Amanda Manopo, Berikut 3 Pemain Ikatan Cinta yang Dibajak oleh Sinetron Cinta Tanpa Karena
"Kalau kemacetan berarti ada bahan bakar yang hilang. Kemudian biaya, kemarin Senin dari Gambir naik taksi bisanya dari Gambir ke kantor Rp 18 ribu nggak sampe Rp 20 ribu. Begitu macet membengkak sampai Rp 30 ribu," tuturnya.
Tonny menjelaskan, hal itu juga menjadi pemicu biaya ongkos menjadi bertambah. Dia menilai hal itu juga menjadi pemicu kerugian ekonomi akibat kemacetan yang mencapai puluhan triliun.
"Itu berarti kan biaya saya bertambah karena macet. Jika itu dijumlah bukan cuma saya itu berapa kerugiannya kalau macet, nah munculnya angka 60 triliun itu. Itu penjumlahan dari seluruh masyarakat yang merasakan macet," terangnya.