GORAJUARA - Dalam seminggu terakhir, dunia penerbangan internasional mengalami dua kejadian turbulensi yang mengkhawatirkan.
Pada tanggal 26 Mei 2024, penerbangan Qatar Airways dari Doha ke Dublin mengalami turbulensi hebat yang mengakibatkan 12 penumpang luka-luka.
Sebelumnya, penerbangan Singapore Airlines juga mengalami turbulensi serupa yang menyebabkan satu penumpang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia penerbangan? Mengapa kejadian turbulensi semakin meningkat?
Paul Williams, seorang profesor ilmu atmosfer di Universitas Reading, Inggris, mengatakan bahwa perubahan iklim memiliki peran besar dalam peningkatan turbulensi ini.
Menurutnya, hasil simulasi komputer menunjukkan bahwa turbulensi parah dapat berlipat ganda atau bahkan tiga kali lipat dalam beberapa dekade mendatang.
Hal ini terutama disebabkan oleh jenis turbulensi yang disebut "turbulensi udara jernih", yang terjadi tanpa adanya petunjuk visual seperti badai atau awan.
CNN melaporkan bahwa sekitar 65.000 pesawat mengalami turbulensi sedang setiap tahunnya di AS, dengan sekitar 5.500 mengalami turbulensi parah.
Angka-angka ini mungkin akan terus meningkat seiring dengan perubahan iklim yang semakin tidak menentu.
Turbulensi yang dialami penerbangan Singapore Airlines kemungkinan besar disebabkan oleh badai petir yang berkembang pesat, sedangkan penyebab pasti turbulensi pada penerbangan Qatar Airways masih dalam penyelidikan.
Para ahli memperkirakan bahwa perubahan iklim akan memperburuk insiden turbulensi bagi penumpang pesawat.
Meski insiden turbulensi yang menyebabkan cedera serius masih jarang dibandingkan dengan jutaan penerbangan yang mengudara setiap tahunnya, peningkatan frekuensi dan intensitas turbulensi tidak bisa diabaikan.