"Karena itu, kami menerapkan berbagai strategi agar penyaluran kredit tetap sehat, tepat sasaran, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Mucharom.
Di samping itu, Mucharom menjelaskan bahwa pihak perbankan turut memperkuat organisasi risiko.
"Kami memperkuat organisasi risiko agar lebih fokus pada masing-masing segmen, menyempurnakan model asesmen risiko kredit agar lebih prediktif dan granular, serta memperkuat fungsi early warning system, digital collection, hingga recovery, baik pada segmen SME, mikro, maupun konsumer," jelas Mucharom.
Selanjutnya, strategi manajemen risiko BRI diarahkan untuk menjadi bagian integral dari seluruh proses bisnis perusahaan.
Penguatan tersebut dilakukan melalui kapabilitas data analytics, pengambilan keputusan berbasis risiko (risk-based decision making) serta peningkatan kesadaran risiko di seluruh level organisasi.
Pada akhirnya, kinerja solid tersebut turut mendukung pencapaian laba konsolidasian BRI Group sebesar Rp26,53 triliun hingga akhir Juni 2025 dengan total aset bertumbuh sebesar 6,52% year on year mencapai Rp2.106,37 triliun.
"Ke depan, BRI akan terus memperkuat posisi sebagai lembaga keuangan nasional yang tangguh, berkelanjutan dan adaptif terhadap berbagai tantangan, dengan tetap menempatkan pengelolaan risiko sebagai prioritas utama," pungkas Mucharom.***