"Saya berharap head to head karena mereka (KIM) didukung oleh infrastruktur yang sangat besar, sehingga harus dilawan dengan koalisi partai yang besar juga. Jadi PDIP, PKB, PKS, NasDem, PPP kalau dihitung cukup, bisa melawan mereka," tambah Ono.
Potensi Koalisi dan Penentuan Calon Masih Cair
Meski PDIP dan PKB telah mendeklarasikan diri untuk mengusung Ono Surono bersama Acep Adang sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, Ono mengakui bahwa situasi politik masih sangat dinamis.
Peluang bergabungnya kelima partai ini semakin terbuka, dan keputusan final mengenai siapa yang akan diusung sebagai pasangan calon masih menunggu persetujuan dari DPP partai.
"PDIP, PKS, PPP sudah punya ikatan, dan dengan PKB sudah sepakat bersama-sama, dengan NasDem juga komunikasi. Maka dari sini nanti kita tindaklanjuti untuk bertemu seluruh ketua partai yang lima itu, itu harus dilakukan," jelas Ono.
Dia menambahkan, meskipun telah ada kesepakatan awal antara PDIP dan PKB untuk mengusung Ono-Acep, hal tersebut baru disepakati di tingkat provinsi.
Keputusan akhir sepenuhnya ada di tangan DPP partai.
"Nanti kita lihat, Ono-Acep itu baru disepakati di level provinsi. Yang memutuskan siapa, ya DPP partai. Sama seperti kami dan PKS sudah sepakat di provinsi, sehingga masih sangat cair dan keputusannya di DPP partai," tutup Ono.
Menyongsong Pertarungan Politik yang Semakin Panas
Dengan semakin mendekatnya Pilgub Jabar 2024, para kontestan politik tampaknya semakin serius dalam merancang strategi dan menjalin koalisi.
Baca Juga: Erin Taulany Posting Foto Makan di Paris Tanpa Andre, Netizen Bilang Gini...
Keputusan PDIP untuk menggandeng PKB, PKS, PPP, dan NasDem menunjukkan betapa pentingnya Pilgub ini dalam peta politik nasional.
Pertarungan head to head yang diinginkan oleh Ono Surono bukan hanya soal siapa yang akan memimpin Jawa Barat selama lima tahun ke depan, tetapi juga menjadi ajang unjuk kekuatan antara dua kubu besar di Indonesia, yaitu KIM dan koalisi partai-partai yang berusaha melawan dominasi mereka.