Namun, ada juga netizen yang mencoba memahami sudut pandang ibu ATG. Mereka berpendapat bahwa sebagai seorang ibu, mungkin ia merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit.
Di satu sisi, ia harus melindungi menantunya yang menjadi korban, namun di sisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan putranya sendiri.
Kasus KDRT yang dialami oleh Cut Intan Nabila ini membuka kembali diskusi mengenai dampak psikologis yang dialami oleh korban KDRT.
Trauma yang dialami tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kondisi mental yang membutuhkan waktu lama untuk pulih.
Dalam kasus Intan, meskipun ia mendapatkan dukungan dari keluarga suaminya, kondisi psikologisnya tetap menjadi perhatian utama.
Korban KDRT sering kali mengalami rasa takut yang berlebihan, kecemasan, bahkan depresi. Proses pemulihan memerlukan dukungan yang terus-menerus, baik dari keluarga, teman, maupun profesional seperti psikolog atau konselor.
Baca Juga: Daftar Pemain Film Kang Mak From Pee Mak, Ada Komedian hingga Artis Asal Thailand
Kasus ini juga menunjukkan pentingnya langkah hukum yang tegas terhadap pelaku KDRT.
Pengakuan ATG yang siap menjalani hukuman atas perbuatannya harus direspons dengan tindakan hukum yang sesuai.
Selain itu, perlindungan terhadap korban KDRT juga harus ditingkatkan agar mereka merasa aman dan tidak mengalami tekanan atau ancaman lebih lanjut.
Penting bagi korban KDRT untuk mengetahui bahwa mereka memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
Baca Juga: Diadaptasi dari Film Horor Komedi Terlaris Thailand, Kang Mak Tayang Perdana di Bioskop Hari Ini
Negara melalui undang-undang yang ada telah mengatur perlindungan bagi korban KDRT, dan mereka bisa melaporkan kasusnya ke pihak berwenang tanpa perlu merasa takut atau ragu.***