Kasus ini segera menyebar luas di media sosial, memancing berbagai spekulasi dan teori dari netizen.
Banyak yang merasa simpati terhadap korban, terutama Elia, yang tampaknya sangat berharap untuk melanjutkan pendidikannya namun terhalang oleh janji-janji yang tak ditepati.
Kekecewaan ini, yang ditulis dalam bentuk pesan di dinding, menambah aura misteri dan kesedihan di balik penemuan kerangka ini.
Banyak pengguna media sosial yang mengekspresikan keprihatinan mereka, dengan beberapa di antaranya mengkritik keras sikap yang ditunjukkan dalam pesan tersebut.
"Bagaimana mungkin seseorang bisa berjanji untuk mendukung pendidikan, namun justru mengingkari janji itu? Sangat menyedihkan melihat bagaimana Elia menghadapinya," tulis salah satu pengguna di Twitter.
Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, menjelaskan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut.
Menurut keterangan dari saksi, termasuk Ketua RT 10/15, Bambang Daryanto, terakhir kali warga melihat Iguh Indah Hayati dan Elia Emanuela Putra adalah pada tahun 2018.
Kejadian ini semakin membuat penasaran, mengingat selang waktu yang cukup lama antara terakhir kali korban terlihat dan penemuan kerangka mereka.
Polisi saat ini sedang mengumpulkan bukti-bukti tambahan dan mewawancarai saksi-saksi lain untuk mengetahui lebih dalam mengenai latar belakang kejadian ini.
"Kami masih terus melakukan penyelidikan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Pesan di dinding tersebut akan menjadi salah satu bukti yang kami pelajari lebih lanjut," ujar AKBP Tri Suhartanto.
Kasus penemuan kerangka ibu dan anak di Bandung Barat ini tidak hanya meninggalkan tanda tanya besar di benak warga sekitar, tetapi juga memunculkan diskusi luas di media sosial.
Pesan terakhir yang tertulis di dinding rumah, yang menggambarkan kekecewaan dan janji yang tak ditepati, semakin menambah aura tragis dari kejadian ini.