Mengintip Cara Sederhana SMPN 18 Bandung Hadirkan Sekolah Bebas Sampah

photo author
- Jumat, 1 Desember 2023 | 21:13 WIB
Penanganan dan pengolahan sampah di Kota Bandung kini sudah mulai diterapkan dengan skema kluster (Diskominfo Kota Bandung)
Penanganan dan pengolahan sampah di Kota Bandung kini sudah mulai diterapkan dengan skema kluster (Diskominfo Kota Bandung)

GORAJUARA - Penanganan dan pengolahan sampah di Kota Bandung kini sudah mulai diterapkan dengan skema kluster. Salah satunya di SMP Negeri 18 Bandung, yang sudah menerapkan pengolahan sampah secara mandiri.

Belum lama ini, Humas Kota Bandung punya kesempatan melihat secara langsung siswa-siswi, guru, dan petugas di lingkungan SMPN 18 Bandung ini kompak menerapkan kebiasaan mengelola sampah secara mandiri.

Mereka punya gerakan bernama Mistar. Ya, nama ini merupakan singkatan dari ‘misting dan tumbler’. Artinya, seluruh warga SMPN 18 Bandung memupuk kebiasaan membawa tempat makan dan minum ke sekolah.

Baca Juga: YOASOBI ASIA TOUR 2024, Jakarta Masuk Daftar Agenda, Penggemar Animem Kaget Saat War Tiket Nonton Konser

Selain itu, SMPN 18 Bandung juga mempunyai Duta Adiwiyata, yang juga punya produk kreatif dari pengolahan sampah.

Kepala SMPN 18 Bandung, Rika Yustikasari menyebut, penerapan kebiasaan baik dalam pengelolaan sampah diawali dengan hal paling sederhana. Mulai dari membawa tempat makan dan minum, serta membiasakan siswa-siswi membuang sampah ke tempatnya sesuai jenis sampah tersebut.

“Kebiasaan sederhana ini kami lakukan setiap hari. Tentu tujuannya agar siswa-siswi menjadi terlatih memilah sampah,” ujar Rika.

Sampah yang dihasilkan SMPN 18 Bandung dibagi menjadi tiga kategori: organik, anorganik, dan residu. Tidak berhenti di sini, mereka memperlakukan 3 jenis sampah ini sebagai upaya mewujudkan sekolah bebas sampah.

Mereka mengolah sampah organik dengan pola kompos. Lalu, sampah non-organik pun mereka coba olah sendiri, salah satunya dengan membuat ecobricks.

Baca Juga: Gawat! Gencatan Senjata Berakhir, Gaza, Palestina Kembali Diserang Zionis di Darat dan Udara, Wanita dan Anak-anak jadi Sasaran

Salah satu hasil kreasi ecobricks mereka adalah bangku dari sampah botol, kertas, dan plastik.

Perlu sebanyak 16 sampah botol plastik untuk menghasilkan satu bangku dari bahan ini. Rika menuturkan, jumlah botol tersebut dihasilkan dari setiap kelas yang ada di SMPN 18 Bandung.

“Ada 16 kelas di sini, jadi dalam seminggu, anak-anak kami tugaskan untuk mengumpulkan sampah botol plastik dan sampah yang tidak bisa didaur ulang untuk diisi ke dalam botol plastik. Hasilnya ya satu ecobricks ini,” bebernya.

Setelah material ecobricks terkumpul, selanjutnya anak-anak dengan didampingi guru menyelesaikannya dengan menambahkan busa/jok serta cover atau penutup busa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ahmad Fauzi Jaelani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini