Biasanya, setiap anak yang belajar di sekolah inklusi akan mendapatkan Individual Educational Program (IEP) sendiri-sendiri, yang disesuaikan dengan potensi dari masing-masing anak didik.
Selain guru pendamping, sekolah inklusi juga biasanya merekrut seorang psikolog, terapis, dokter spesialis, hingga psikiater.
Sehingga selain belajar, ABK yang belajar di sekolah inklusi bisa mendapatkan terapi khusus, hingga layanan konsultasi.
Bukan hanya itu saja, sebelum masuk sekolah tersebut, ABK juga biasanya akan dilakukan assesment mengenai sejauh mana kelebihan serta hambatan yang dialami ABK.
Sekolah inklusi sendiri baru diperkenalkan di tahun 1991. Dimana pada masa itu, pemerintah mencoba untuk memfasilitasi Anak Berkebutuhan Khusus, selain mendirikan Sekolah Luar Biasa.
Tujuan awal dari adanya sekolah inklusi ini antara lain agar Anak Berkebutuhan Khusus bisa mandiri dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Namun sejauh ini, sekolah dengan pendidikan inklusi yang ada saat ini dikelola oleh pihak swasta. Sementara sekolah inklusi negeri umumnya tidak begitu banyak.
Sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua dari Anak Berkebutuhan Khusus yang bersekolah di sekolah inklusi ini terbilang cukup besar, jika dibandingkan dengan Sekolah Luar Biasa Negeri.***
