GORAJUARA - Saat ini, Gaza menghadapi situasi yang sangat mendesak dengan sumber daya esensial seperti air, listrik, dan bahan bakar yang tersisa hanya untuk 24 jam.
Seperti yang diungkapkan oleh kepala regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam wawancara dengan AFP pada hari Senin, 16 Oktober.
Tekanan untuk memberikan bantuan segera semakin meningkat.
Dalam situasi yang sangat kritis ini, jika bantuan tidak diizinkan untuk masuk ke wilayah yang terkepung, para dokter di Gaza bahkan harus bersiap untuk "menyiapkan sertifikat kematian untuk pasien mereka," menurut Ahmed al-Mandhari, direktur regional WHO untuk Mediterania Timur, dalam wawancara dengan AFP.
Baca Juga: Mantan Pimpinan Bank of China Ditangkap Atas Tuduhan Suap
Keadaan ini berawal dari serangkaian serangan udara oleh Israel selama 10 hari, sebagai tanggapan atas serangan oleh militan Hamas pada 7 Oktober.
Serangan ini telah menewaskan 1.400 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil di Israel selatan.
Situasi di Gaza saat ini sangat mengkhawatirkan. Kementerian Kesehatan yang dikuasai oleh Hamas di Gaza melaporkan bahwa sekitar 2.750 orang telah tewas dan 9.700 lainnya terluka. Menurut PBB, satu juta orang telah mengungsi.
Baca Juga: Laga Belgia vs Swedia Dihentikan di Ajang Kualifikasi EURO 2024 Karena Kejadian Mencekam Ini
Pemadaman listrik mengancam berbagai sistem pendukung kehidupan, termasuk pabrik desalinasi air laut, alat pendingin makanan, dan inkubator di rumah sakit.
Bahkan tindakan sehari-hari seperti menggunakan toilet, mandi, dan mencuci pakaian hampir menjadi hal yang tidak mungkin dilakukan oleh penduduk setempat.
Dengan petugas tanggap darurat yang sangat terbatas, para dokter bekerja tanpa henti, dan kurangnya ruang yang memadai, pengelolaan mayat-mayat juga menjadi semakin sulit, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mandhari.
Baca Juga: Geger, Padang Savana Bromo Kembali Menghijau Setelah Kebakaran Disambut Antusias Para Pelancong
Pusat-pusat kesehatan di Gaza mengalami tekanan yang sangat besar, dengan unit perawatan intensif, ruang operasi, layanan darurat, dan berbagai fasilitas lainnya berada di ambang kehancuran, katanya.