GORAJUARA,- Banyak orang bernafsu ingin kaya, namun apa daya agama diajarkan seolah-olah menolak kekayaan. Padahal, Nabi-nabi diutus untuk memberi contoh. Misalnya, Nabi Sulaiman diutus Allah untuk menjadi contoh jadi orang kaya.
Ajaran agama tidak melarang kaya, tidak melarang miskin. Juga tidak menyuruh kaya, juga tidak menyuruh miskin.
Dalam ajaran agama, manusia harus ingat bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan akhirat. Dua dunia ini harus dikelola, dikendalikan dengan baik.
Baca Juga: Buruan Cek Link Pengumuman Hasil SNMPTN 2022 Sekarang Juga, Ini Cara Buka Lamannya
Dunia dan akhirat bukan suatu hal yang terpisah. Dunia dan akhirat berhubungan sebab akibat. Orang-orang masuk neraka di akhirat karena prilakunya buruk di dunia.
Kesusahan adalah takdir manusia, dan tidak ada manusia yang senang dengan kesusahan. Allah menurunkan pentuntuk dalam Al-Qur’an agar manusia bisa hidup sejahtera.
Salah satunya Allah mengajarkan bagaimana agar manusia senantiasa dilimpahi kekayaan hati dan benda. Di dalam surat Al-Baqarah, 2:261,
Baca Juga: Jadwal Liga Italia: Juventus vs Inter, AC Milan dan Napoli Saling Manfaatkan
Baca Juga: Mantan Bos Chelsea, Roman Abramovich Diduga Diracun Saat Hendak Damaikan Ukraina dan Rusia
“perumpamaan orang yang mengeluarkan nafkah di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui”.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 261 dijelasklan bahwa Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Allah kehendaki. Artinya Allah memiliki ketentuan bagi siapa yang akan dilipatgandakan pahalanya.
Syarat tersebut sebagaiamana Nabi Muhammad sabdakan yaitu bagi orang yang rajin sedekah, dan bersabar pada ketetapan Allah.