GORAJUARA – Pada zaman jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bahwa bulan Safar adalah bulan sial.
Dalam sistem penanggalan Hijriyah, bulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriah Islam.
Bulan Safar juga bulan yang Allah SWT tidak memiliki kehendak sesuai dengan apa yang Allah SWT ciptakan.
Baca Juga: Hukum, Tata Cara dan Waktu Sholat Rebo Wekasan 2023 yang Jatuh pada Akhir Bulan Safar, Seperti Apa?
Tasa’um atau yang berati anggapan sial, terkenal pada umat jahiliah dan kalangan muslimin hingga saat ini.
Namun, sakit, sehat, musibah atau selamat semua dikembalikan kepada ketentuan Allah SWT.
Istilah sial ini hanya sebuah pemikiran manusia yang meyakini bahwa ini bulan Safar adalah bulan diturunkannya 1.000 (seribu) penyakit dari Allah SWT.
Kendati demikian, kita sebagai manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah.
Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah:
“Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.” (HR Imam al-Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Tata Cara Baca Surat Yasin pada Malam Rebo Wekasan, Sangat Dianjurkan dan Bisa Kalian Lakukan
Menurut orang Jawa tepat pada hari Rabu terakhir, bulan Safar disebut Rabu Wekasan.
Penafsiran ini menunjukkan bahwa kejadian itu bertepatan dengan Rabu Safar dan tidak menunjukkan bahwa hari itu adalah kesialan yang terus menurut.
