Gerakan Sekolah Menyenangkan Atau Membahagiakan?

photo author
- Jumat, 17 Juni 2022 | 14:02 WIB
Tari Ambar Sisya karya Dewa Ayu Candra Kirana, S.Pd. tampil memukau saat  perpisahan perdana di SMA negeri 2 Kuta Selatan Bali (7/5/2022). (gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)
Tari Ambar Sisya karya Dewa Ayu Candra Kirana, S.Pd. tampil memukau saat perpisahan perdana di SMA negeri 2 Kuta Selatan Bali (7/5/2022). (gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)

 

GORAJUARA - “Gerakan Sekolah Menyenangkan atau Membahagiakan?”, itulah interogasi dari Kepala SMKN 1 Semarapura Klungkung Bali, I Wayan Siarsana, S.Pd., M.Pd., mengomentari road show I Made Rasta, S.Pd., M.Pd., kepala SMKN 1 Sawan Buleleng Bali yang gencar mengampanyekan Gerakan Sekolah Menyenangkan.

Alasan yang dikemukakan oleh Siarsana, bahwa menyenangkan itu tampak di permukaan sedangkan membahagiakan tampak di ke dalaman. “Yang membahagiakan itu pasti menyenangkan, tetapi yang menyenangkan itu belum tentu membahagiakan”, kata Siarsana. Ibarat makanan, menyenangkan itu enak dimakan, melibatkan pancaindra, mulut dan lidah.

Sebagai ilustrasi, seorang siswa yang senang minum-minuman keras, ia akan menikmati dalam kesendirian, tanpa peduli bagaimana dampaknya bagi lingkungan sekitar dan berpotensi besar mengancam lingkungan sosial di sekitarnya. Pengalaman menunjukkan, banyak peritiwa mengenaskan karena mabuk kesennangan. Berbeda dengan membahagiakan, selain menenteramkan diri sendiri, vibrasi di sekitarnya juga merasakan manfaat positipnya.

Baca Juga: Pendidikan Memerdekakan Ala Bali
.
Untuk lebih jelasnya, marilah cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentang makna kata “menyenangkan” dan “membahagiakan”. Kata menyenangkan diartikan sebagai menjadikan senang (KBBI, 1988 : 812); membuat bersuka hati; sedangkan membahagiakan diartikan sebagai menjadikan (membuat) bahagia.

Dalam penjelasan selanjutnya, kebahagiaan dideskripsikan sebagai perasaan bahagia, kesenangan dan ketenteraman lahir dan batin (KBBI, 1988 : 65). Intinya, membahagiakan itu melibatkan lebih banyak pancaindra dan memberikan vibrasi positip lebih luas bagi sekelilingnya. Secara gradual, kelas kata ‘membahagiakan” melampaui kelas kata “menyenangkan”.

Tokoh pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara tampaknya paham betul dengan dua kata itu (menyenangkan dan membahagiakan), yang walaupun keduanya bermakna postip, tetapi dari kualitas maknaya, kata “membahagiakan” lebih tinggi tingkatanya.

Baca Juga: Kolaborasi Bersama Jadikan Pelajar SMA Ramah Digital Untuk Hadapi Tantangan Tiga Dosa Besar Pendidikan

Oleh karena itulah, salam yang dikembangkan Ki Hadjar Dewantara dalam Perguruan Tamansiswa adalah “Salam dan Bahagia”. Salam yang merasuk ke jantung hati peserta didik. Bukan sekadar diucapkan tetapi disemayamkan di pusat gravitasi kesadaran manusia.

Jika dicermati, dalam Program Sekolah Penggerak (PSP), yang saya ikuti secara intensif modul-modul dan video-videonya, jelas sekali Kemendikbud Ristek tampaknya kembali berkiblat ke Taman Siswa, dengan membumikan gagasan besar Ki Hadjar Dewantara di bumi Nusantara.

Salam yang dikembangkan di PSP adalah “Salam dan Bahagia”. Gagasan yang digali dari kekayaan alam budaya Nusantara dengan memerhatikan keberagaman dalam puspa indah di Tamansiswa. Sebutan Tamansiswa pun diartikan sebagai taman di hati siswa yang menumbuhkan kesadaran belajar.

Baca Juga: PPDB Jateng Tingkat SMA/SMK Sudah Dibuka, Berikut Jadwal Pendaftaran dan Persyaratannya

Jika ditelisik lebih dalam, pendidikan adalah usaha sadar untuk memanusiakan manusia. Jadi, pendidikan bergerak dari kesadaran terendah sampai kesadaran tertinggi, hingga sampai pada puncak tertinggi pengalaman belajar, mengagungkan kebesaran-Nya.

Menjadi manusia Pancasila sejati. Manusia khas produk pendidikan Indonesia dengan berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dan kepribadian Indonesia, yang dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi, Trikon-nya, yaitu Konsentris, kontinuitas, dan konvergensi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Buddy Wirawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB