“Ini yang perlu menjadi pertimbangan ke depan, terutama dari Disdik Provinsi Jawa Barat melalui Jabar Masagi,” ujarnya.
Baca Juga: Kartu Prakerja 2022 Gelombang 23 Sudah Dibuka, Berikut Cara Daftarnya
Jabar Masagi, tegas Erwan, hanya sebagai kerangka saja untuk menguatkan proses pembelajaran di sekolah. Biar program-program lain di sekolah mengisi substansi-substansinya saja, jadi Jabar Masagi yang mengikatnya dengan muatan kearifan lokal.
Terkait lemahnya pendidikan karakter selama siswa belajar dari rumah, Erwan menyebutkan, kalau dibilang sama sekali tidak tersentuh pendidikan karakter, mungkin tidak. Tetapi yang perlu kita sikapi justru perubahan zaman ini.
Maksudnya, sebut Erwan, apakah anak-anak ketika mengakses media sosial, itu tidak tumbuh proses pembelajaran karakter? “Pasti terjadi, namun yang menjadi titik tekannya adalah arahnya,” ucap Erwan.
Baca Juga: Sumedang Jadi Persinggahan Lomba Karya Tulis Antar Siswa dan Guru, Ketua Forum MKKS Merasa Bangga
Maksud arahnya apa? “Karena konten yang ada di media sosial, internet itu banyak yang positif, tetapi banyak juga banyak yang negatif. Sama juga dengan kondisi keseharian ada banyak yang positif dan negatif,” tegasnya.
Secara prinsip beber Erwan, proses pembelajaran pendidikan karakter itu, ujungnya menghasilkan akhlak yang baik. Namun yang perlu kita sikapi adalah caranya, karena sekarang medianya jadi meluas kita harus mempertimbangkan media sosial, internet itu sebagai pembelajaran.
“Media pembelajaran seperti apa yang perlu kita sikapi, sehingga betul-betul kita bisa manfaatkan untuk dijadikan proses pembelajaran karakter siswa. Nah, bagaimana kita mengarahkan mereka masuk ke konten-konten yang positif,” pungkasnya.***