LEMBANG, GORAJUARA - Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dan berguru di paguron untuk mendalami seni bela diri pencak silat, bukan semata untuk mengejar juara dalam setiap ajang lomba yang diikutinya.
Namun, paling utama sebagai generasi milenial memperlajari pencak silat harus dilandasi niat untuk melestarikan warisan budaya Sunda.
“Mempelajari pencak silat sepatutnya untuk melestarikan budaya Sunda. Bukan untuk menjadi jagoan, itu sudah tidak benar,” kata kata Cep Sandi, salah seorang siswa berprestasi di SMA Negeri 2 Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris MU vs Everton: Perjudian Solskjaer Cadangkan Ronaldo Jadi Bumerang
“Kita tidak akan mendapatkan ilmu dari pencak silat itu sendiri,” lanjut Cep Sandi.
Prestasi yang ditorehkan Cep Sandi, kelas XII MIPA 4, di antaranya juara 3 Perorangan Putra Kejuaraan GPK Cup ke-8 Tingkat Jawa Barat.
Juara 1 Beregu Kejuaraan Kaplres Cup Tingkat Jawa Barat, juara 2 Perorangan Putra Kejuaraan se-Jawa-Bali PKM Cup, dan juara 3 Perorangan Putra Kejuaraan Jagat Tangsel Fest.
Baca Juga: Marquez Ungguli Miller pada Sesi Latihan MotoGP COTA
Menurut pesilat dari paguron Panglipur Mekar Buana Cikole, belajar silat itu harus muncul dari niat sendiri, sehingga bisa cinta.
“Jika sudah cinta dengan pencak silat, maka akan banyak ilmu bermanfaat didapatkan,”ujarnya.
Menurut Cep Sandi, di Indonesia kita mengenal Pancasila, dan dalam pencak silat juga ada 5 Panca Setia Panglipur.
Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Membuka PON XX Papua 2021
Isi dari 5 Panca Setia Panglipur, yakni takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Setia kepada ibu bapak, Setia kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
“Setia kepada perguruan pencak silat, dan Setia kepada sesama insan,” katanya.
Jika kita mempelajari pencak silat dengan niat yang benar, maka kita akan bersikap seperti ilmu padi sesuai dengan poin 5.