GORAJUARA - Menurut WHO (World's Health Organization) stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berkepanjangan dan kebersihan lingkungan.
Selain akibat gizi buruk, stunting ditandai dengan anak memiliki perawakan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia dari standar.
Menurut Kementerian kesehatan RI, stunting dapat diketahui dari nilai z-score anak yang kurang dari standar yaitu -2.00 SD/ Standar Deviasi (Stunned) dan -3.00 SD (severely stunted).
Akibat Gizi buruk anak yang mengakibatkan Stunting dapat dilihat dari berbagai faktor seperti:
1. Rendahnya sosioekonomi
2. Asupan nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk saat mengandung
3. Adanya riwayat sakit yang berulang
4. Makanan yang diberikan pada bayi dan anak tidak sesuai.
Mengutip dari akun Twitter milik IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan Kementerian Kesehatan RI, Stunting mempunyai dampak jangka pendek dan panjang bagi anak.
Dampak jangka pendek meliputi meningkatnya angka kesakitan dan kematian, serta adanya risiko menderita berbagai penyakit infeksi.
Penyakit degeneratif juga rentan terjadi pada anak stunting. Penyakit degeneratif seperti Jantung, stroke, diabetes dan obesitas.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Pertandingan Perempat Final Indonesia Masters 2023, Indonesia Kirimkan Sembilan Wakil
Dampak jangka panjang meliputi menurunkan kemampuan kognitif anak dan rendahnya Intelligence Quotient (IQ) yang dimiliki anak dan kapasitas fisik anak.
Stunting dapat dicegah dengan para ibu mengkonsumsi protein hewani yang tinggi, baik sebelum maupun sesudah kehamilan.
Protein hewani dapat diperoleh dari telur, keju, susu, daging sapi, daging ayam, ikan, udang, dan lainnya. Selain itu, ibu dapat konsumsi TTD (Tablet Tambah Darah).
Selain dari asupan, pencegahan dapat dilakukan dengan pantau pertumbuhan bayi dan anak di posyandu.
Selain itu, Air bersih dan fasilitas sanitasi terpenuhi, terjaganya kebersihan lingkungan, pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan.