GORAJUARA - Sebagian besar orang tua siswa SMK Negeri 1 Cugenang bermata pencaharian upah buruh tani.
Sehingga ketika pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19 sedikit mengalami kendala, karena terhambat dengan fasilitas belajar.
Menurut Wakil Kepala SMK Negeri 1 Cugenang Bidang Kesiswaan, Hj. Sri Perbawati Aisyah, SE.,M.Pd., tentu yang menjadi kesulitan dalam proses belajar secara daring, yaitu terkendala pada fasilitas belajar.
Baca Juga: Pemberlakuan PPKM Luar Jawa dan Bali Diperpanjang, Mulai Berlaku 24 Desember Sampai 3 Januari 2022
Seperti peralatan pendukung yang dimiliki oleh peserta didik, handphone (HP) dan kuota internet.
“Sebab sebagian besar orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SMK Negeri 1 Cugenang mata pencahariannya sebagai upah buruh tani,” katanya.
“Jadi dengan kondisi pembelajaran seperti daring sangat kesulitan, karena ada kebutuhan baru yang harus dikondisikan. Sedangkan untuk kebutuhan keseharian saja sudah sangat sulit,” lanjut Sri.
Baca Juga: Joko in Berlin, Ekplorasi Musik yang Tak Kenal Batasan
Untuk mengatasi kendala tersebut, ungkap Sri, solusinya tim manajemen sekolah melaksanakan pembelajarannya secara hybrid, yaitu pembelajaran daring dan luring.
“Apalagi sekolah kita merupakan kejuruan yang tidak bisa belajar secara daring saja,” ujar Sri.
Tetapi harus ada pembelajaran luring, kata Sri, terutama kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan praktik di setiap jurusan. Luring tetap berjalan dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Baca Juga: Burgerkill Rilis Singel Baru 'Roar of Chaos' lewat Vokalis Ronald Alexander
“Sedangkan untuk kegiatan daring juga bisa menggunakan labkom yang dapat digunakan khususnya bagi siswa yang terkendala oleh perangkat belajar,” ujarnya.
Jika ada reaksi siswa yang tidak dapat memahi materi atau bahan ajar yang disampaikan guru, lanjut Sri, bidang kesiswaan mencari informasi terlebih dahulu apa yang menjadi kendala bagi siswa, sehingga tidak memahami materi yang disampaikan guru.
“Solusinya dengan membuka forum diskusi antara siswa dan guru atau dibuat kelompok belajar untuk mengatasi permasalahan tersebut,” tutur Sri.
Baca Juga: Sebelas Korban Kapal Tenggelam di Johor Nahru Teridentifikasi WNI, 6 Jenazah Segera Dipulangkan ke Indonesia
Menyinggung pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SMK Negeri 1 Cugenang, Sri menyebutkan, pola yang diterapkan sesuai dengan aturan protokol kesehatan.
Seperti pengecekan suhu tubuh, alur keluar masuk siswa dan guru juga diatur. Kafasitas belajar hanya 50 persen, dan pembelajaran hanya berlangsung selama2,5 jam perhari.
“Selama PTMT tidak ada kegiatan ektrakulikuler untuk menghindari kerumunan siswa, dan untuk mencegah terjadinya claster sekolah,” katanya.
Baca Juga: Mobilnya Tabrak Truk, Sikap Raffi Ahmad pada Pengasuh Rafathar Bikin Kaget
Seperti diketahui, selama pandemi Covid-19 peserta didik harus belajar daring, jelas Sri, perubahan yang dirasakan bidang kesiswaan adalah perilaku siswa.
“Mereka banyak yang abai terhadap aturan yang diterapkan sekolah,” katanya.
Pertama kali pelaksanaan PTMT, ungkap Sri, banyak siswa laki-laki yang rambutnya gondrong, pakaian tidak rapih, sikapnya juga malas-malasan.
“Mereka seperti kurang semangat untuk belajar, baik siswa laki-laki maupun perempuan,” katanya.
Baca Juga: Mobil Raffi Ahmad Tabrak Truk di Antasari, Begini Kondisi Anak Sulungnya Rafathar
Untuk mengembalikan perilaku siswa kepada kondisi sebelum pandemi Covid-19, tambah Sri, metode yang dilakukan bidang kesiswaan melaksanakan pembiasaan-pembiasaan seperti sebelum pandemi.
“Menyampaikan kembali informasi mengenai aturan dan tata tertib, sanksi ketika siswa tidak melaksanakan aturan tersebut akan ditindak,” pungkasnya.***