edukasi

Banyak Menyimpan Kenangan, Inilah Kisah Cinta Hingga Politik di Rumah Inggit Garnasih

Selasa, 21 September 2021 | 19:27 WIB
Rumah Ibu Inggit Garnasih. (yourbandung.

BANDUNG, GORAJUARA - Sebuah rumah sederhana di Jalan Ciateul No. 8 Kota Bandung, menyimpan sejarah luar biasa bagi bangsa Indonesia. Rumah yang tidak lain merupakan hunian keluarga yang menyimpan kisah romantis yaitu Soekarno dan Inggit Garnasih.

Bahkan, rumah Inggit Garnasih masuk dalam bangunan cagar budaya, heritage bagi bangsa Indonesia, sesuai Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, harus dilindungi dan dilestarikan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia.

Sejak masuk pandemi Covid-19, rumah yang banyak menyimpan kenangan bagi wanita yang lahir di tatar Sunda Bumi Parahyangan tepatnya di Desa Kamasan, Banjaran, Kabupaten Bandung, 17 Februari 1888 dari pasangan Bapak Ardipan dan Ibu Amsi.

Baca Juga: Menpora Jenguk Verawaty Fajrin, Begini Kondisi Legenda Bulutangkis Indonesia Itu Sekarang

Nama itu diberikan dengan penuh makna dan harapan, kelak menjadi anak yang tegar, segar, menghidupkan dan penuh kasih sayang.

Berdasarkan sumber yang diperoleh dari musieumindonesia.com, sebelum Soekarno dan Inggit Garnasih dibuang ke Ende, Flores, maupun Bengkulu, tanah dan rumah itu mempunyai andil besar mewarnai perjalanan perjuangan Soekarno sebagai Bapak Bangsa dan sebagai tempat bertemunya Soekarno dengan kawan-kawan seperjuangannya berdiskusi untuk mencapai Indonesia Merdeka.

Pemikiran, konsep, serta ide yang selalui didiskusikannya itu akhirnya melahirkan PNI 4 Juli 1927, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sebagai ganti dari PNI dibentuk PARTINDO 29 April 1931.

Baca Juga: Kini Anak Usia Dibawah 12 Tahun Boleh Masuk Pusat Perbelanjaan di Kota Bandung

Bagi para pejuang kemerdekaan dan rakyat Indonesia mempunyai ikatan batin dengan tempat tersebut, karena di tempat itulah pernah menjadi dapurnya perjuangan sebagai tempat berkumpulnya para pelopor kemerdekaan seperti Suyudi, Agus Salim, Ki Hajar Dewantoro, HOS Tjokroaminoto, Kyai Haji Mas Mansur, Sartono, Hatta, Moh. Yamin, Ali Sastro, Asmara Hadi.

Lalu Ibu Trimurti, Otto Iskandardinata, Dr. Soetomo, M.H. Thamrin, Abdoel Muis, Sosro Kartono (kakak dari Ibu Kartini), dan lainnya saling adu intelektual untuk menciptakan satu rasa dalam membangun bangsa, mewujudkan cita-cita kemerdekaan bagi negara Indonesia.

Bahkan ketika Soekarno dimasukkan kedalam penjara Banceuy dan Sukamiskin, di rumah itu Inggit Garnasih berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Soekarno di penjara dengan cara menjahit baju, menjual kutang, bedak, rokok, dan menjadi agen sabun dan cangkul walaupun kecil-kecilan.

Baca Juga: Jelang Musim Penghujan, Bupati Bandung Gandeng BBWS Bersihkan Sungai Cikahiyangan

Pada waktu terjadinya penyerangan Agresi Militer Belanda I dan II (1946-1949) dan terjadi Bandung Lautan Api, Inggit beserta anak cucunya mula-mula mengungsi ke Banjaran, kemudian ke Garut di sebuah desa dekat Leles.

Pada akhir tahun 1949, Inggit kembali ke Bandung dan menetap di rumah H. Doerrasjid di Gedung Bapa Rapi dan mengutarakan ingin memiliki rumah sendiri seperti dulu.

Halaman:

Tags

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB