edukasi

Manajemen Mutu Targetkan Lulusan SMKN 2 Subang Memiliki Hard Skill dan Soft Skill Sesuai Tuntutan Industri

Jumat, 5 Desember 2025 | 23:09 WIB
Wakil Kepala SMKN 2 Subang Bidang Manajemen Mutu, Lili Ramdani, S.Pd.,M.Pd., (Foto: Dok. pribadi Lili Ramdani, S.Pd.,M.Pd.,)

GORAJUARA - SMK Negeri (SMKN) 2 Subang memiliki 16 konsentrasi keahlian, sehingga tugas Manajemen Mutu adalah memastikan ke-16 konsentrasi keahlian tersebut memenuhi standar yang ditetapkan.

Adapun strategi yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistematik ini, sehingga membantu seluruh unit kerja mencapai standar mutu yang dituntut.

Wakil Kepala SMKN 2 Subang Bidang Manajemen Mutu, Lili Ramdani, S.Pd.,M.Pd., menjelaskan, artinya strategi kemitraan yang kuat antara institusi pendidikan (sekolah kejuruan) dengan dunia usaha dan industri (DUDI) untuk memastikan lulusan memiliki kompetensi yang relevan dan siap pakai.

Baca Juga: Sinetron Asmara Gen Z Episode 5 Desember 2025: Jordan Pertanyakan Perasaan Amanda, Fattah dan Rama Siapkan Gerakan Baru

Kualifikasi pendidikan di SDM-nya untuk jurusan, menurut Lili, harus fokus pada penyesuaian kurikulum dan kualifikasi guru, serta staf pengajar di jurusan tertentu agar relevan dengan perkembangan industri terkini. Tujuannya adalah memastikan apa yang diajarkan di sekolah benar-benar dibutuhkan di dunia kerja.

Kompetensi siswa di jurusan harus sesuai dengan standar industri, imbuh Lili, sasaran utamanya adalah memastikan para siswa memiliki keterampilan, baik hard skill maupun soft skill yang setara atau memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan atau industri terkait.

Begitu juga harus mendatangkan industri untuk bisa ke sekolah, katanya, merujuk pada kolaborasi aktif, seperti mengundang ahli industri sebagai guru tamu, melibatkan industri dalam penyusunan kurikulum, menyediakan program magang bagi siswa/guru, atau mengadakan rekrutmen langsung di sekolah.

Baca Juga: Warga dan Komunitas Berkolaborasi Turun Tangan Atasi Persoalan Sampah Kota Bandung yang Terus Bertambah

Tujuannya adalah mempersempit kesenjangan antara teori di sekolah dan praktik di lapangan.

Sedangkan membangun teaching factory di sekolah, tambahnya, strategi ini berarti mendirikan fasilitas produksi nyata di lingkungan sekolah yang mengoperasikan proses produksi atau jasa seperti di industri sesungguhnya.

Siswa belajar sambil bekerja dalam lingkungan yang mirip dengan kondisi industri nyata, sehingga pengalaman mereka lebih aplikatif.

Baca Juga: Sinetron Kau Ditakdirkan Untukku RCTI Malam, Good Job 200 Episode, Cakra Disuruh Berkelahi dengan Rafa dan Dijagaian Alisha...

Kemudian juga siswa bisa PKL di perusahaan-perusahaan, dimana mutu pendidikan dalam hal kualifikasi kompetensi itu bisa terpenuhi.

“Itu tugas saya sehingga nanti anak-anak itu lulusan dari SMK 2 Subang bisa diterima di dunia kerja sesuai dengan tuntutan dari industri,” kata Lili kepada Gorajuara, Jumat 5 Desember 2025.

Halaman:

Tags

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB