GORAJUARA - Murid bersekolah tanpa belajar bisa terjadi, jika dalam proses pembelajaran tidak melibatkan murid dan mendalam. Para kepala sekolah membahasnya dalam diklat PM.
Diklat PM dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para kepala sekolah dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kegiatan dilaksanakan tanggal 12-16 Agustus 2025
Fenomena murid bersekolah tanpa belajar bisa terjadi di setiap sekolah hingga sekarang. Topik ini sangat menarik dalam pembahasan para kepala sekolah.
Baca Juga: Sekjen DPP AKSI Mengusulkan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Tidak Fokus Pada Akademik...
Faktor-faktor penyebab sekolah tanpa belajar di dukung oleh lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya budaya sekolah, sarana prasarana, ruangan kelas, teknologi, manajemen, dan guru.
Faktor paling penting pendukung pendidikan adalah guru. Jepang dalam kondisi luluh lantak, masih bisa bangkit karena berfokus pada kompetensi guru.
Posisi guru menjadi manusia setengah dewa yang dimanjakan langsung oleh Tenno. Melalui para guru di bawah komando Tenno, Jepang berhasil bangkit dalam waktu singkat.
Baca Juga: Kongres AKSI V dilaksanakan di Bandung... Isu Penguatan Kepemimpinan Kepala Sekolah...
Guru-guru di Jepang dihargai sebagai manusia-manusia dengan status terhormat dan sejahtera. Dengan tanggung jawab dan kompetensi tinggi, guru-guru di Jepang mengajarkan tentang belajar hidup.
Bom Atom yang menimpa Jepang diubah menjadi energi bom atom untuk bangkit dari ketertinggalan. Guru-guru di Jepang berhasil menarasikannya dari generasi ke generasi.
Guru-guru adalah para pemimpin pembelajaran yang akan menentukan murid-murid di sekolah belajar. Merendahkah, menelantarkan, harkat martabat guru adalah kesalahan besar.
Baca Juga: Ilmu Yang Dibutuhkan Siswa... Ada dalam Pembelajaran Kokurikuler...
Guru-guru hebat memuliakan murid-muridnya dengan memberikan pembelajaran mendalam. Pembelajaran diolah dengan prinsip kesadaran, bermakna, dan menyenangkan.
Guru-guru yang menyenangkan tampil dihadapan murid dengan aura gembira karena tidak terganggu dengan upah kerja yang hanya Rp. 200.000 - Rp. 2.000.0000,- sebulan.