GORAJUARA - "Ramadan baiknya libur atau masuk sekolah ya?" Diskusi para kepala sekolah se Indonesia sering dilakukan, intinya semua kebijakan pendidikan berpusat pada anak.
Seorang kepala sekolah berpendapat, "Lingkungan kami banyak kegiatan positif karena beberapa orang tua siswa adalah ulama setempat, sehingga tiap hari ada pengajian, tadarus Al-Qur'an, dll."
Kepala sekolah lain komentar, "jadi bulan Ramadhan sangat cocok untuk diliburkan. Hal ini dapat memberikan peluang kepada orang tua siswa untuk mendampingin anak-anaknya dalam hal beribadah."
Baca Juga: Ikatan Alumni Pendidikan Sejarah UPI...Punya Program 10.000 Langkah Menuju Sukses...
Kepsek di sudut lain berpendapat, "saya kurang setuju apabila selama ramadan libur. Menurut saya lebih baik, liburnya 4-7 hari sebelum dan 7 hari sesudah lebaran. Tiap JP alokasi waktu dikurangi 15 menit."
"Apabila libur satu bulan penuh, menurut saya bisa memunculkan mindset pd anak-anak bahwa puasa menjadi penghalang untuk beraktivitas/belajar ????????"
Ada juga jawaban lucu kepala sekolah, "karena libur Ramadan, saya sampai lupa warna bangku tempat saya duduk di kelas. Kalau saya lupa nama ibu kantin".
Baca Juga: Enam Level Kemampuan Bertanya... Siswa Harus Di Ultimatum Selalu Bertanya...
Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Sekjen DPP AKSI, melihat beragamnya pandangan kepala sekolah tentang libur Ramadan, diperlukan kajian akademis agar kebijakan bersifat objektif.
Libur atau tidak libur pada saat bulan Ramadan hal yang harus diperhatikan adalah kebutuhan anak-anak. Pendidikan era Prof. Mu'ti dengan era Mas Nadiem pasti sepakat.
"Pendidikan harus berpusat pada anak", ungkap Dr. Toto. Libur dan tidak libur bulan Ramadan kajiannya harus dari kebermanfaatan untuk anak-anak belajar.
Baca Juga: Sekda Jawa Barat Ingatkan Kepala Sekolah... Suka Mengajar Tapi Lupa Belajar...
Orang-orang dewasa sebagai pembuat keputusan, libur atau tidak libur bulan Ramadan harus tetap memperhatikan kebutuhan belajar anak-anak di momen bulan ramadan.
Ramadan ibarat proyek pendidikan bersama bernuansa religius. Semua penganut agama bisa merasakan religiusnya bulan ramadan jika bulan ini dikemas berbeda dari belajar biasa.