GORAJUARA - Pola pikir positif merupakan kemampuan dasar manusia. Kemampuan dasar hidup ini harus dilatih dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Dr. Toto Suharya, M.Pd. sekjen DPP AKSI, kita harus mengakui bahwa Indonesia tertinggal dalam teknologi dibanding China, Jepang, dan Korea.
Namun kita harus paham bahwa negara-negara dengan teknologi maju tidak bisa hidup tanpa Indonesia. Indonesia adalah salah satu pasar terbesar yang jadi sasaran negara-negara maju.
Baca Juga: Gerakan Sapoe Sarebu Upaya Bangun Ketahanan Sosial... Upaya Bentuk karakter Unggul di Masyarakat...
Artinya tidak berarti negara kita posisinya menjadi rendah karena tertinggal dalam teknologi. Posisi negara kita sejajar dengan negara-negara maju karena mereka butuh pasar.
Maka dari itu, pendidikan yang dibutuhkan bangsa Indonesia yaitu melatih warga menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik berpatokan pada pola pikir bertumbuh.
Dasar dari pola pikir bertumbuh adalah membiasakan warga masyarakat berpikir positif. Fakta hidup selalu ada positif dan negatif.
Jika warga negara tidak dilatih berpikir positif, maka kejadian-kejadian negatif akan dipersepsi dengan negatif demikian juga dengan kejadian positif.
Indonesia bermasalah di pola pikir, ketidaksopanan di media sosial berawal dari pola pikir. Ketika pola pikir negatif maka komentar yang muncul bisa toxic atau tidak sopan.
Kemampuan berpola pikir positif merupakan kemampuan seseorang dalam mendengar dan mengendalikan bisikan yang ada di otak. Bisikan di otak ada dua yaitu bisikan buruk dan baik.
Orang yang berpikir negatif merupakan tanda bahwa otak emosinya lebih tertarik pada bisikan-bisikan negatif. Hal ini terjadi karena kebiasaan atau kurangnya edukasi.
Melatih berpikir positif butuh pengajaran yang membangun kesadaran, bermakna, dan inspiratif. Pengajaran-pengajaran ini hanya bisa dilakukan oleh guru-guru yang telah memiliki dan menguasai ilmu berpikir.***