Inilah yang diceritakan oleh mba Nana ketika dia belum bisa membaca. Ibunya senantiasa membacakan cerita sebelum mba Nana tidur.
Oleh karenanya, kata mba Nana peran keluarga amat penting dalam menumbuhkan minat baca anak.
Kalau sebelum bisa membaca, ibunya sering membacakan cerita jelang mba Nana tidur. Ketika bisa membaca, ayahnya seringkali mengajaknya dan kakak ke toko buku untuk beli buku baru.
Baca Juga: Setiap Guru Harus Punya Kesabaran Tinggi, Tidak ada kebaikan Tanpa Kesabaran
Adapun menurut Pandji Pragiwaksono ada sedikit perbedaan dalam mengartikan minat baca. Dikutip dari akun resmi youtube Pandji Pragiwaksono yang berjudul Mikir: Bagaimana cara menumbuhkan minat baca?
Menurut mas Pandji, ungkapan atau pertanyaan bagaimana menumbuhkan minat baca adalah salah. Yang benar adalah bagaimana menumbuhkan minat? Itu saja.
Karena jika seseorang sudah tahu minatnya, maka dia akan menggali berbagai informasi terkait dengan minatnya.
Mungkin di awal-awalnya, dia bertanya dengan orang-orang terdekat, nonton film. Semua terkait dengan minatnya.
Kesimpulan ini berdasarkan pengalaman mas Pandji. Begitu berminat tentang pemasaran, sejarah, komedi, maka dia jadi membaca tentang itu semua.
Yang jadi masalah masyarakat kita tidak tahu minat mereka. Mereka cendrung punya mental ikut-ikutan.
Bagaimana dapat mengetahui minat kita? Menurut Triando Sasmito Frima di dalam kuliah online yang berjudul Menumbuhkan Minat Baca dan Membangun Kebiasaan Baca, ada dua cara untuk mengetahui minat diri.
Cara mengidentifikasi minat kita, bisa dengan merenungkan, selama ini menyukai apa. Sewaktu sekolah dulu, kuliah, kerja dan seterusnya.
Pengidentifikasi minat selanjutnya dengan menanyakan orang lain. Karena orang lain dapat melihat ekspresi wajah kita, ketika mendapat tugas menulis atau berbicara di depan orang misalnya. Ekspresi wajah lah yang menunjukkan minat kita.
Ini memang menjadi tugas bersama. Guru, orang tua, penulis bahkan negara, agar generasi penerus merupakan generasi yang siap menghadapi berbagai tantangan apa pun.