GORAJUARA - Penelitian meta-analisis yang ini diambil dari 46 studi dan 13.364 peserta menunjukkan orang tua yang sangat kritis, menuntut, dan mengontrol dapat membuat anak bersikap kritis kendiri sendiri, menuntut diri berlebihan, perfeksionis, dan merasa orang lain akan kecewa pada mereka.
Lingkungan keluarga yang penuh kritik, tuntutan, dan kontrol orang tua merupakan inkubator untuk perfeksionisme dan gangguan mental pada anak-anak.
Walaupun orang tua bertujuan untuk membuat anak lebih teliti atau lebih baik, namun sebenarnya menekan anak untuk sempurna sering kali jadi bumerang.
Baca Juga: Tel-U Serahkan Bantuan Peralatan Mesin kepada Masyarakat
Baca Juga: Dipromosikan Urus Timnas Indonesia, Gibran Rakabuming Raka Jadi Bahan Olok-olokan Netizen
Ingat sebuah metode dinilai dari hasilnya, bukan dari niat pelakunya. Kalau niatnya baik tapi hasilnya tidak baik, ya artinya tidak baik.
Dengan tekanan tersebut anak-anak lebih cenderung mengalami masalah di sekolah (prokastinasi, kecemasan mengerjakan ujian, takut gagal, dan kecemasan berbicara di depan umum) dan masalah kesehatan mental (kecemasan, depresi, serangan panik, dan gangguan makan).
Masalah masalah ini justru menjauhkan anak dari tujuan awal, yaitu meminimalisir kesalahan.
Seimbangkan antara tuntutan dan pujian, dorongan untuk bertumbuh dan penerimaan, sebagai orang tua kita perlu belajar tegas namun juga lembut.
Baca Juga: Ilmuwan Prancis Temukan Mutan Baru Varian Covid-19
Sederhananya, orangtua seharusnya bersikap bijak dalam mendidik anak. Jika memang ia memiliki keinginan terhadap anaknya, maka ia harus melakukan beberapa cara yang tepat agar anak memahami keinginan orangtua atas mereka, namun mereka tetap menjalankan hal tersebut dengan sepenuh hati dan tanpa paksaan.
Biarkan anak menjalani apa yang sebenarnya mereka inginkan dan butuhkan sebagai proses perkembangan diri mereka.
Biarkan mereka mengeksplor hal-hal baru dalam hidupnya. Namun, jangan lupa untuk tetap mengarahkan anak ketika mereka salah.