GORAJUARA - Pandemi ini sudah dua tahun berjalan, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir.
Menurut survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), 64,3 % dari 1522 responden dalam penelitian yang mereka lakukan mengaku cemas dan depresi di masa pandemi ini.
Hal ini disebabkan oleh perubahan yang terjadi semasa pandemi.
Kondisi ini bisa menyebabkan cabin fever atau kecenderungan untuk mengeluh, dan melebih-lebihkan ketika seseorang berdiam diri di rumah dengan rutinitas, yang tidak berubah serta terisolasi dari lingkungan sosial.
Sementara, berdasarkan data WHO (World Health Organization), cemas dan depresi yang dialami seseorang bisa menyebabkan rendahnya imun tubuh atau daya tahan tubuh.
Padahal, daya tahan tubuh sangat kita perlukan untuk melawan Covid-19 ini.
PDSKJI juga mengatakan, bahwa kesehatan jiwa masyarakat melibatkan tiga masalah pokok psikologis, yakni cemas, depresi, dan trauma psikologis.
Permasalahannya, benarkah kita mengalami depresi secara mental?
Atau ternyata pada dasarnya kita hanya termakan isu mental health, yang sedang bertebaran di media sosial?
Perubahan-perubahan terjadi itulah yang ternyata memengaruhi kesehatan mental kita.
Untuk menyelesaikan permasalahan mental yang kita hadapi, kita cenderung akan mencari alternatif yang bisa dilakukan atau tips-tips singkat untuk mengatasi kejenuhan.
Padahal, pada dasarnya, tips tersebut tidak akan dapat berjalan ketika kita tidak benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada mental kita.
Baca Juga: Ini Pesan Ridwan Kamil kepada Anggota ICMI Orwil Jabar