GORAJUARA - Masyarakat Indonesia memiliki sebuah budaya di mana kita akan mudah merasa bersalah pada hal apapun.
Budaya ini biasa disebut budaya 'gaenakan'.
Budaya gaenakan ini biasanya membuat masyarakat Indonesia menjadi seseorang yang memiliki high context, ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Seringkali kita cenderung tidak menyampaikan sesuatu secara langsung dengan makna yang sebenarnya.
Baca Juga: Kembangkan Sektor UMKM, Jawa Barat Bidik Kawasan Kota Lama di Semarang
Masyarakat Indonesia cenderung memposisikan diri sebagai lawan bicaranya agar bisa memahami situasi emosionalnya.
Bahkan, kita akan cenderung takut untuk tersakiti ketika berada di posisi tersebut.
Untuk mencegah timbulnya sakit hati, kita cenderung berhati-hati dalam menyampaikan segala sesuatu.
Ada dua alasan utama mengapa seseorang bisa menjadi bertele-tele.
Baca Juga: Jembatan Gantung Terpanjang di Dunia Ternyata Ada di Jawa Barat
- Takut menyakiti orang tersebut
Karena kita sudah bisa memposisikan diri sebagai lawan bicara, maka kita akan berhati-hati, dan mempertimbangkan aspek emosionalnya ketika menerima informasi yang kita sampaikan.
Hal ini bertujuan agar ia tidak merasa tersakiti atas informasi tersebut.
Padahal, pada dasarnya, kita tidak pernah benar-benar mengetahui apakah dia tersakiti atau tidak.
Tersakitinya ia atas informasi yang kita sampaikan hanya ada di benak kita.