Meski tidak mengungkapkan detail, Bambang menegaskan bahwa kedua belah pihak memiliki kewajiban masing-masing yang sudah tercantum dalam perjanjian tersebut.
"Kedua belah pihak saling melengkapi, jadi biaya pemeliharaan dibebankan ke pihak kedua. Terus revenue dari pihak kedua masuk ke pendapatan dari daerah Kota Bandung," tuturnya.
Kontroversi ini mencerminkan adanya kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan olahraga dan hiburan di fasilitas umum seperti stadion.
Para suporter Persib, termasuk Viking, memahami bahwa konser musik dapat memberikan hiburan bagi masyarakat, namun mereka juga berharap agar kegiatan tersebut tidak mengorbankan kualitas fasilitas olahraga yang ada.
"Kita saling support lah intinya, yang hobi nonton bola dan yang hobi musik jangan sampai salah satu pihak dirugikan. Karena saya juga yakin fans Persib banyak yang seneng lagu Sheila On 7, dan fans Sheila On 7 juga saya yakin banyak pendukung Persib. Mudah-mudahan bisa kita cari solusi baiknya gimana," kata Hendri.
Ke depannya, baik Pemkot Bandung, PT PBB, maupun pihak promotor konser diharapkan bisa mencari solusi terbaik agar stadion tetap terjaga kualitasnya, namun di sisi lain, kegiatan hiburan seperti konser juga bisa tetap berlangsung.
Dengan adanya komunikasi yang baik dan perencanaan yang matang, diharapkan polemik seperti ini tidak perlu terjadi lagi di masa mendatang.
Bagi para penggemar Sheila On 7 yang sudah menantikan konser ini, tentunya mereka berharap ada solusi yang adil tanpa harus mengorbankan kesenangan mereka atau kualitas stadion yang menjadi kebanggaan warga Bandung.***